a

Monday, May 6, 2013

Lambat Dalam Menghakimi Seseorang

Seorang suami yang telah lama jengkel dengan ketulian istrinya ,akhimya menceritakan nasib sialnya ini kepada dokter keluarga mereka. Sang dokter bertanya seburuk apa ketulian yang dialami
istrinya? Sang suami tidak mampu menjelaskannya. Sang dokter akhimya memberikan nasihat agar ketika pulang nanti sang suami berusaha mengecek seberapa jauh jarak minimal yang dibutuhkan agar sang istri dapat mendengar suara suaminya. Sang suami berpikir bahwa ini merupakan ide yang bagus. Ketika keluar dari mobilnya yang ia parkir di depan rumah sang suami berteriak kepada istrinya yang masih berada di dapur, "Hari ini kita makan apa?" Ia menunggu dan tidak terdengar jawaban. Ia kemudian berjalan menuju pintu depan rumah dan sekali lagi berteriak, namun sayangnya tetap tidak terdengar jawaban. Ia kemudian berjalan menuju ruang tamu dan sekali lagi berteriak dengan keras namun sekali lagi tidak terdengar jawaban. Akhimya, dengan putus asa, ia membuka pintu dapur dan sekali lagi berteriak dengan lantang, "Hari ini kita makan apa?" Dan dengan tersenyum sang istri menjawab, "Soto ayam sayang dan ini kali keempat saya menjawab pertanyaanmu." Jangan cepat menghakimi orang lain, berhentilah terlebih dahulu untuk merenung apakah kesalahan ada pada diri Anda. Sering kali langkah yang satu ini dapat menyelesaikan masalah yang tidak perlu terjadi.

Seorang istri mengeluh kepada suaminya katanya, "Waduh Pak, pembantu kita baru saja menggondol dua handuk baru kita. " Dengan suara marah sang suami berkata, "Memang dasar pembantu zaman sekarang, sikapnya selalu tidak terpuji... ngomong-ngomong handuk mana yang digondolnya?" Sang istri menjawab, "Handuk-handuk yang kita ambil di Hard Stone Hotel, Pak. " Tepat sekali lagi, jangan cepat menuduh, sering kali kitalah yang memberi contoh yang salah terlebih dahulu kepada orang lain. Pikirkan konflik yang terjadi di sekeliling Anda, mungkinkah permasalahan itu sebenarnya ditimbulkan oleh diri Anda sendiri? Sediakan waktu untuk meminta maaf dan belajar untuk tidak terlalu cepat menghakimi sebelum mengoreksi diri sendiri.

Dalam buku laris 7 Habits of Highly Effective People, penulis buku terkenal Steven Covey menceritakan mengenai seorang bapak dengan tiga orang anak yang sedang berada di dalam subway di pusat kota New York pada suatu pagi. Ketiga anaknya menunjukkan sikap yang Luang ajar dan tidak dapat diatur. Mereka berteriak-teriak, saling kejar mengejar, sehingga suasana di kereta bawah tanah itu terlihat sangat bising. Beberapa orang dengan tatapan mata menyindir ke arah sang bapak seakan-akan ingin memberitahukan agar sang bapak cepat menenangkan anak-anaknya. Seorang penumpang akhimya kehilangan kesabarannya dan langsung menegur sang bapak untuk dengan segera mengatasi keributan yang ditimbulkan oleh anaknya. Sang bapak menengok ke arah orang yang menegurnya dengan tatapan hampa dan berkata, "Maafkan soya dan maafkan anak-anak saya. Kami baru saja pulang dari rumah sakit, ibu anak-anak ini baru saja meninggal, saya tidak tahu bagaimana menenangkan anak-anak ini." Anda mungkin jengkel mendengar cerita kenakalan anak-anak ini sampai Anda mengetahui bahwa mereka baru saja mendapat berita yang mengguncang hati mereka. Seketika itulah Anda merasa iba dan kemarahan Anda menyurut, inilah yang sering disebut paradigm shift  (perubahan paradigma) keyakinan Anda berubah akibat Anda mengetahui informasi tambahan. Jadilah manusia yang lebih responsif dibanding reaktif, dengan demikian Anda lebih bijak menyikapi hal-hal yang terjadi di sekeliling Anda. Sering kali kita belum mengetahui duduk perkara dari setiap masalah, oleh sebab itu lambanlah untuk menghakimi orang, pahamilah orang lain maka Anda pun akan mudah dipahami.

Hari ini saya memaafkan semua orang yang pernah membenci saya. Saya memberikan kasih saya kepada mereka yang mengasihi saya dan juga kepada mereka yang membenci saya. 

By: Paramahansa Yogananda
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...