Seorang guru bijak berdiri di hadapan para murid-muridnya. Dengan tenang diambilnya sebuah akuarium kecil yang terbuat dari kaca yang bulat. Kemudian ia memasukkan ke dalamnya beberapa bola golf sampai penuh. Ia lalu bertanya kepada para muridnya apakah akuarium itu telah penuh. Para murid setuju melihat kondisi akuarium yang telah diisi penuh oleh bola golf. Sang guru kemudian mengambil batu-batu kerikil berbagai ukuran kemudian mengisinya ke dalam akuarium.
Ia kernbali bertanya, apakah akuarium itu telah penuh. Para murid sedikit agak malu akan jawaban mereka yang pertama, kembali mengangguk dan menyetujui secara aldamasi bahwa akuarium itu telah penuh. Kembali sang guru mengambil sekantung pasir dan menumpahkannya ke dalam akua-
rium sampai terisi penuh. Dengan tanpa ekspresi ia menanyakan pertanyaan yang sama seperti pada awal demonstrasinya. Kali ini para murid mulai tertawa mengingat keluguan mereka dan dengan lantang berkata, "Kali ini sudah penuh guru." Sang guru kemudian mengambil dua cangkir kopi dan menuangkannya ke dalam akuarium itu dan anehnya masih ada ruang dalam akuarium itu.
Guru itu lalu berkata, "Akuarium ini melambangkan hidup Anda, bola golf yang pertama kali saya masukkan adalah prioritas terpenting dalam hidup Anda, seperti suami, istri, anak-anak, dan kesehatan Anda. Semua pioritas yang saya baru saja sebutkan adalah hal yang sangat penting, dan walaupun semua hal dalam hidup Anda hilang, hidup Anda tetap utuh. Batu-batu kerikil adalah prioritas kedua yang penting, seperti pekerjaan, rumah, dan alat transportasi Anda. Pasir melambangkan semua hal-hal yang sepele dalam hidup Anda, yang kalaupun hilang Anda dapat mencarikan gantinya. Namun, jika Anda menaruh pasir terlebih dahulu ke dalam akuarium maka tidak ada lagi ruang untuk batu-batu kerikil dan bola golf. " Seorang murid menyeletuk, "Yang dua cangkir kopi tadi melambangkan apa Pak?" Sambil tersenyum sang guru itu berkata, "Seberapa pun padat waktu kita, masih ada waktu untuk bercengkerama dengan seorang teman.
Seorang juara dikenal atas apa yang diselesaikannya bukan dari apa yang dimulainyaBy: Darmadi Darmawangsa