a

Saturday, March 23, 2013

"Meracik" Portofolio Reksadana


Sebagian besar dari pembaca pasti sudah mengenal reksadana, atau bahkan malah telah menempatkan sebagian investasinya dalam bentuk reksa¬dana. Ya, reksadana merupakan alternatif investasi di pasar modal, bagi kalangan yang tidak ingin membeli langsung saham maupun obligasi, baik karena alasan keterbatasan dana maupun alasan-alasan lain. Hakikatnya, reksadana merupakan suatu keranjang yang berisi surat berharga, baik itu saham maupun surat utang, yang dikelola oleh manajer investasi dan kemudian dijual kepada investor. Saat ini di pasar ada sekitar 700 produk reksadana dengan berbagai jenis. Total dana yang terkandung di dalam¬nya, per Desember 2010, mencapai sekitar Rp171 triliun. Jelas ini bukan angka kecil. Artinya, reksadana memang sudah menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik bagi investor, khususnya investor ritel. Bagaimana dengan Anda?

jika memang Anda hendak berinvestasi dalam reksadana, setidaknya ada beberapa hal yang sepantasnya Anda pertimbangkan. Pertama, reksa dana mesti diperlakukan sebagai salah satu bagian investasi saja. Artinya, jangan menempatkan semua uang Anda dalam bentuk reksadana. Ini terkait dengan filosofi investasi itu sendiri, yakni sebagai sarana untuk mencapai tujuan keuangan. Anda tentu sudah memiliki tujuan keuangan ketika memilih instrumen investasi, reksadana sebagai salah satunya.

16,dua, reksadana mesti dibuatkan portofolio tersendiri, sebagai turunan dari portofolio investasi secara menyeluruh. Katakanlah, porto¬folio investasi Anda terdiri alas deposito berjangka, instrumen pasar modal, tanah, dan atau emas. Di dalam instrumen pasar modal itu, ada saham, obligasi, dan juga reksadana. Sebagaimana yang telah dipaparkan, mungkin Anda enggan membeli saham dan obligasi secara langsung, maim pilihannya adalah reksadana. Untuk itu, reksadana tersebut mesti dipilah lagi, yang mana yang akan Anda bell dan apa tujuannya. Konkretnya, Anda mesti menentukan apakah reksadana yang Anda beli dalam bentuk reksadana saham, reksadana pendapatan tetap (fixed income), reksadana pasar uang atau reksadana campuran. Selain itu ada pula yang disebut dengan reksadana penempatan terbatas.

Ketiga, mengalokasikan dana secara proporsional pada setiap jenis reksadana sesuai dengan tujuan dan karakteristik personal Anda. Ini menjadi penting, karena risiko yang melekat pada reksadana juga berbedap beda. Kalau Anda bertipe penghindar risiko maka jenis reksadana fixed income akan lebih tepat. Tetapi kalau Anda tergolong investor agresif, maka pilihan yang paling sesuai adalah reksadana saham, atau paling tidak reksadana campuran. Di luar itu, jika dana investasi Anda cukup besar, dan Anda sudah tergolong investor yang mumpuni, maka reksadana penempatan terbatas adalah pilihan yang bisa dipertimbangkan. Reksa¬dana penempatan terbatas memang belum banyak ditawarkan, sebab selain hanya diperuntukkan bagi investor profesional, pengembalian modalnya juga cukup lama, namun menjanjikan return yang besar.

Setelah memiliki perencanaan dalam mengalokasikan dana, apakah persoalan selesai? Jelas tidak. Alokasi baru tahap awal. Langkah berikutnya adalah memilih produk reksadana itu sendiri sekaligus memilih manajer investasi yang akan mengelolanya. Kendati Anda sudah menentukan bahwa pilihan Anda adalah reksadana saham, dalam realitasnya di pasar ada puluhan atau bahkan ratusan jenis reksadana saham, dengan komposisi yang berbeda-beda. Ada reksadana saham yang fokusnya adalah saham-saham blue chip atau masuk dalam kategori saham yang market kapitalisasinya besar. Tetapi ada juga saham-saham yang tergolong jenis growth stock. Kemudian ada juga reksadana yang isinya adalah saham-saham pada sektor tertentu. Nama reksadana tersebut biasanya mencerminkan isi keranjangnya. Dus, dalam memilih reksadana itu, tentunya Anda mesti meneliti lebih dulu, apa saja saham-saham yang terkandung di dalamnya.

Lebih jauh lagi, yang tidak kalah pentingnya adalah siapa manajer investasi yang mengelola reksadana dimaksud? Saat ini ada puluhan manajer investasi yang menjual reksadana. Mereka biasanya mempromosikan imbal hasil reksadana tersebut sebagai alat promosi. Imbal hasil reksadana diperlihatkan dengan pergerakan dari NAV (nett asset value) atau nilai aktiva bersih. Ada yang menyebutkan NAV-nya mencapai puluhan persen dan ada yang bahkan ratusan persen. Namun jangan dulu terkecoh. Anda mesti lihat NAV yang disebutkan itu untuk kurun waktu berapa lama? Apakah sejak awal tahun, atau sejak produk reksadana itu diluncurkan?

Itu satu hal. Soal lainnya apakah manajer investasi yang mengelola reksa¬dana tersebut sudah memiliki pengalaman? Berapa tahun pengalamannya? Berapa dana kelolaannya? Siapa saja orang-orang yang mengelola dana tersebut? Hal-hal ini bahkan jauh lebih mendasar ketimbang produk reksadana itu sendiri. Kenapa? Karena kalau isi keranjang reksadana yang dijual adalah saham-saham blue chip, sebagai contoh. Maka ketika indeks bergerak ke atas, otomatis NAV reksadana tersebut juga meroket. Jadi tanpa perlu bersusah payah, nilai reksadana akan meningkat dengan sendirinya. Dengan kata lain, tidak perlu keahlian dalam memilih saham. Sebab, pergerakannya bergantung pada pasar. Oleh karena itu, agar Anda tidak terkecoh, maka sebaiknya pilih manajer investasi yang memiliki Jana kelolaan besar. Dalam praktiknya, beberapa investor besar hanya membeli reksadana yang dikeluarkan oleh manajer investasi yang memiliki dana kelolaan di atas Rpl triliun. Kenapa Rpl triliun? Karena jika sudah mengelola reksadana sejumlah tersebut, berarti sudah mulai dipercayai oleh banyak investor. Selain besarnya dana kelolaan, maka "jam terbang" dari manajer investasi juga merupakan faktor yang dijadikan pertimbangan. Secara umum, investor besar mempersyaratkan 5 tahun bagi pengelola.
by: Elvyn G. Masassya
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...