Olimpiade Montreal 1976 selalu dikenang dengan keberhasilan seorang pesenam cilik yang bernama Nadia Comaneci yang mampu meraih lima medali emas dalam usia yang masih sangat muda 14 tahun. Keberhasilan Nadia menjadi pesenam pertama di dunia yang mampu memperoleh angka 10 (sempurna) di cabang senam merebut perhatian hampir semua masyarakat dunia. Namun, sedikit dari mereka yang mengenang seorang pahlawan yang mengambil tindakan jauh dari kemampuan dan akal sehatnya dengan membantu timnya untuk merebut medali emas bagi bangsanya.
Shun Fujimoto tergabung dalam tim senam Jepang yang ingin memantapkan rekor perolehan medali emas di cabang beregu senam yang telah berhasil digondol oleh bangsa Jepang selama empat olimpiade berturut-turut. Setelah menyelesaikan nomor floor exercise dalam tim beregu, Fujimoto merasakan kesakitan yang tidak wajar di kaki kanannya yang ternyata disebabkan oleh tempurung lututnya yang retak. Namun, Nomor berikutnya adalah kuda-kuda pelana; walaupun kesakitan, Fujimoto mampu menyelesaikannya dan mampu mendapat nilai 9,5 dari maksimal angka 10.
Nomor terakhir yang harus diselesaikannya adalah nomor gelang-gelang yang bahkan memberikan tantangan lebih besar karena nomor ini membutuhkan beberapa salto di atas udara sebelum mendarat di matras. Tidak terbayangkan kesakitan yang akan dirasakannya ketika akan mengakhiri nomor ini. Namun, sekali lagi, Fujimoto hanya berfokus untuk memberikan yang terbaik bagi timnya dan ia mampu mengabaikan kesakitan yang tak terperikan yang menghantui pikirannya.
Dengan badan seberat sekitar 54 kilogram, Fujimoto melakukan tiga kali salto dan mendarat dengan hampir sempurna walau terlihat mukanya me¬nahan sakit yang tak terperikan dan linangan air mata. Para hakim mem¬berikan angka fantastis 9,7, angka yang selama ini bahkan ketika tidak cedera tidak mampu diraihnya. Fujimoto memperlihatkan kesakitannya ketika ia meninggalkan lapangan pertandingan. Akibat beban badannya itu, keretakan di tempurung lututnya bertambah parah sampai mengakibatkan terputusnya ligamen kaki kanannya. Dokter yang memeriksa kaki Fujimoto tidak dapat membayangkan apa yang ada di dalam pikiran Fujimoto dan tidak mampu menjelaskan apa dasar tindakan Fujimoto untuk melakukan hal yang dapat mengakibatkan Fujimoto berisiko kehilangan kakinya. Sebagai hadiah terbesar atas pengorbanan Fujimoto bagi bangsanya, tim Jepang berhasil merebut medali emas dengan mengalahkan tim Soviet dengan perbedaan angka yang paling tipis seiama sejarah Olimpiade. Ketika diwawancarai Fujimoto memberikan alasan mengenai keberaniannya mengambil keputusan pada saat itu. Fujimoto berkata, "Kesakitan yang saya rasakan hanyalah sementara, namun kemenangan yang diraih akan dikenang selam-lamanya "
Di dalam setiap cerita sukses, Anda akan menemukan seorang yang membuat keputusan yang berani
By: Peter F Drucker