a

Monday, April 15, 2013

20,2 Kg

Jika Anda sempat bertemu dengan saya dalam berbagai acara atau event motivasi di luar kota, Anda pasti akan melihat saya membawa sebuah koper hitam besar. Isi dari koper itu adalah 21 buah buku 
Fight Like a Tiger Win Like a Champion dan sejumlah audio CD yang biasanya saya bawa untuk dijual pada akhir seminar. Tepat... beratnya 20,2 kg tidak kurang namun kadang lebih. Koper hitam (si Bleki) ini mengajarkan suatu hal yang bersifat prinsip dalam hidup saya. Tentu membawa 
tas seberat ini bukanlah hal yang mudah untuk dibawa keluar kota. Pada suatu kesempatan saya dipanggil berbicara di Samarinda, Kalimantan Timur. Saya harus terbang Ice Balikpapan selama dua jam dan naik taksi selama kurang lebih dua setengah jam sambil membawa koper kesayangan 
saya. Setelah tiba di tempat acara, saya tidak melihat adanya porter yang biasanya membantu saya mengangkat koper itu, keadaan bertambah parah ketika mengetahui bahwa elevator hotel sedang rusak dan tempat acara berada di lantai 4. Saya terpaksa mengangkat koper hitam saya menapaki 
anak tangga demi anak tangga sampai saya tiba di lantai 4. Hari itu saya mernberikan seminar motivasi yang menurut saya terbagus yang pernah saya berikan. Semua hadirin terlihat bersemangat mendengar pesan saya selama hampir tiga jam. Namun sayangnya hanya beberapa buku yang terjual pada hari itu. Sedikit kecewa, saya kembali mengangkat koper itu naik ke taksi balik ke Balikpapan dan terbang kembali ke Jakarta. Beberapa waktu kemudian saya mendapat undangan berbicara di Bali. Pada malam harinya ketika saya ingin membereskan isi koper hitam itu, hati kecil saya mulai menawar... mengapa harus membawa begitu banyak buku toh belum tentu laku terjual.

Hati kecil saya berkata bawalah secukupnya kalau tidak laku kan tidak terlalu malu dan berat ketika membawanya pulang nanti. Namun, ada suara lain yang berkata dan mengingatkan saya, "Dar, bawa seperti biasa, 20,2 kilogram itulah komitmen yang harus engkau pegang. Jika tidak seorang pun membeli, tidak ada masalah, yang penting engkau memegang komitmen hidupmu." Tanpa berpikir lagi saya terbang ke Bali keesokan harinya dan kali ini semua buku dan audio CD habis terjual. Sebuah pelajaran sangat berharga yang dapat saya petik dari kejadian ini adalah bahwa saya bangga memikul koper hitam saya walau tidak terjual satu buku pun dan sebaliknya saya malah merasa malu kalau tidak membawa sebanyak buku yang harus saya bawa.

Cara berpikir ini saya peroleh setelah rnelihat para satpam di hotel berbintang ketika memeriksa mobil tamu sebelum masuk hotel. Para satpam spesial ini ditugaskan untuk mendeteksi apakah ada bom di dalam setiap mobil tamu. Pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada Anda, berapa seringkah para satpam ini menemukan bom di dalam mobil? Mungkin bahkan tidak pernah. 

Sernangat rnereka untuk memeriksa tanpa Pandang bulu sungguh patut ditiru mereka bahkan tidak segan memeriksa mobil mewah ataupun mobil dengan pengendara yang tidak menunjukkan penghargaan tinggi atas pekerjaan mereka. Mereka (para satparn) telah memasukkan tugas rutin ini sebagai job description utama mereka. Dulunya, jika buku-buku saya tidak laku terjual ada perasaan malu, kesal, dan ego saya terganggu, namun ketika saya mengganti cara berpikir saya, dan
melihatnya sebagai salah satu job description saya, saya tidak pernah lagi malu ataupun kendur dalam menenteng koper itu.

Saya percaya, seorang juara mempunyai ekspektasi yang besar dalam hidup ini, namun hal yang terpenting adalah bagaimana ia memegang komitmennya. Seorang juara adalah orang yang mampu menyatukan kata-katanya dengan tindakannya walau perlu melewati lembah kegagalan. Seorang tua sedang memikul kayu bakar yang berat dengan tergopoh-gopoh ia melewati sebuah desa. Seorang anak muda menyapanya dengan kagum melihat tubuh bapak tua yang masih kekar. Iseng ia bertanya, "Pak, beban terberat yang pernah Bapak angkat berapa beratnya?" Sambil merenung sejenak, bapak tua itu berkata, "Beban terberat yang pernah saya pikul adalah ketika saya tidak memikul apa-apa. " Kaget mendengar jawaban itu, sang anak muda bertanya, "Kok begitu?" Dengan bijak bapak tua itu berkata, "Ketika Anda tidak memikul beban sama sekali, Anda berarti telah menyia-nyiakan karunia tenaga yang diberikan Tuhan kepada Anda dan tidak memberikan yang terbaik bagi keluarga Anda".

Beban terberat adalah ketika seseorang tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengoptimalkan kemampuannya. Kesimpulannya, 20,2 kg yang harus saya angkat tidaklah berarti beratnya dibandingkan dengan tanggung jawab yang tidak dijalankan sesuai komitmen yang seharusnya.
Citra diri dan keyakinan diri seseorang terbentuk dari disiplin dan kebiasaan yang ia yakini selama ini. Tepat apa yang dikatakan oleh Al Hirschfield, "Saya yakin bahwa setiap orang dilahirkan kreatif dan semua orang mempunyai talenta dalam hidupnya. Namun, saya tidak yakin bahwa semua orang disiplin. Saya pikir disiplin adalah komoditas yang langka".
Jangan malu ketika Anda gagal. Demikian juga, jangan malu jika Anda dilahirkan dari keluarga miskin. Anda hanya malu ketika tidak berusaha bangkit. Dan juga malu ketika Anda tidak berharap untuk mencapai yang lebih baik. Atau tidak bermimpi dan mendoakan mimpi Anda. 

By: Samuel Amalu


 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...