Apakah saat ini Anda sudah merasa kaya? Cukup kaya? Atau kurang kaya? Ada bermacam persepsi tentang kekayaan. Ada kalangan yang hartanya berlimpah, namun masih saja merasa kekurangan. Akan tetapi, ada juga orang-orang yang sebenarnya tidak memiliki apa-apa, malah merasa sangat kaya. Kalangan ini mensyukuri sekecil apa pun aset yang dimilikinya. Ya, karena yang dianggap sebagai kekayaan tidak semata-mata berupa harta benda. Anak-anak yang baik, cerdas dan dan bertumbuh secara sempurna adalah kekayaan yang tiada tara. Begitu juga, kalangan yang memiliki teman banyak Ini juga merupakan kekayaan yang luar biasa besar.
Apa pun definisi tentang kekayaan adalah hak Anda. Namun tidak ada salahnya mendefinisikan kekayaan melalui pendekatan keuangan yang lazim, yakni jumlah harta, baik itu berupa harta lancar maupun harta tetap, dikurangi dengan kewajiban lancar maupun kewajiban jangka panjang. Jadi, murni kekayaan dalam definisi keuangan.
Seseorang dianggap kaya, jika jumlah hartanya lebih besar ketimbang kewajiban. Memiliki penghasilan yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran. Singkatnya, sepanjang setiap bulan mengalami siklus dan setiap tahun terjadi peningkatan kekayaan, maka orang tersebut dianggap kaya, betapapun kecil siklus dan peningkatan kekayaannya.
Untuk menjadi kaya dan atau bahkan lebih kaya, bisa belajar dari mereka yang sudah terlebih dahulu kaya. Menjadikan perilaku positif orang kaya sebagai referensi, bukan pula hal keliru. Beberapa perilaku tersebut sudah diulas dalam tulisan terdahulu. Sekadar mengingatkan, beberapa perilaku itu, misalnya adalah, bekerja lebih keras, menjadikan kekayaan sebagai "sahabat", mengupayakan uang untuk menghasilkan uang. Dan yang terpenting, bagaimana menjadi kaya melalui proses yang disiapkan.
Perilaku yang terakhir tersebut, yakni "menjadi kaya melalui proses yang disiapkan adalah hal utama menuju kaya. Dus, itulah yang akan dibahas kali ini. Hakikatnya, setiap orang memiliki target berapa pertumbuhan kekayaannya dan berapa pula siklus yang diinginkan, dari kegiatan mencari penghasilan melalui bekerja maupun melalui investasi. Nah, jika Anda tergolong kalangan yang ingin menumbuhkembangkan kekayaan, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari orang-orang yang kebetulan sudah dalam keadaan kaya.
Pertama, pahami kondisi keuangan dan kekayaan yang saat ini
Ini menjadi sangat penting, karena seperti kata pepatah, untuk pergi ke suatu tempat, Anda mesti tahu, saat ini Anda berada. Konkretnya, cek kembali aset yang Anda miliki, penghasilan tetap yang Anda peroleh, dan pengeluaran tetap yang mesti Anda lakukan. Hitung secara jujur dan objektif, anggap bahwa Anda tengah mengaudit orang lain, sehingga potret yang dihasilkan benar-benar berdasarkan fakta yang ada.
Kedua, pahami secara jelas, apa cita-cita keuangan Anda, dalam jangka pendek, menengah, dan juga panjang. Jangka pendek adalah kurun waktu I tahun. Jangka menengah di bawah 5 tahun dan jangka panjang di atas 5 tahun. Cita-cita keuangan tersebut mesti dipegang secara konsisten, dan jangan berubah. Ini mendasari kita, sebab tidak sedikit kalangan, yang awalnya, memiliki cita-cita keuangan berupa rumah dalam kurun waktu 5 tahun, tetapi kemudian berubah menjadi ingin memiliki mobil baru yang lebih mewah. Kalau cita-cita keuangan tersebut berubah-ubah, proses pencapaiannya pun akan rumit. Sebab, setiap cita-cita keuangan, lazimnya diraih dengan cara dan strategi berbeda.
Ketiga, memahami kemampuan meningkatkan aset. Setelah memiliki cita-cita keuangan, langkah selanjutnya adalah meraih cita-cita dimaksud. Caranya bukanlah dengan sekadar memiliki keinginan, tetapi mesti "menginjak bumi". Ada beberapa cara yang bisa ditempuh, yakni menyisihkan sebagian pendapatan, lalu ditabung, atau melakukan investasi, atau langsung meraih cita-cita keuangan tersebut melalui utang dan kemudian utang dibayar dengan cara mengangsur. Ini sangat bergantung pada bentuk dan jenis cita-cita keuangan itu sendiri.
Lepas dari itu, hal utama untuk dipahami adalah seberapa besar kemampuan keuangan Anda meningkatkan aset. Katakanlah, saat ini aset Anda senilai Rp l miliar. Maka tahun depan, Anda ingin aset tersebut menjadi berapa? Naik 100 persen? Boleh saja, sepanjang penghasilan Anda sangat besar, atau dana yang Anda tanamkan dalam bentuk investasi juga luar biasa besar. Tetapi, yang lazim aset meningkat maksimal 2 atau 3 kali pertumbuhan ekonomi. Jadi kalau tahun 2009 ini pertumbuhan ekonomi adalah 4 persen, maka pertumbuhan aset yang wajar adalah sebesar 8-12 persen, atau menjadi sekitar Rp1,120 miliar pada tahun depan. Lantas bagaimana caranya?
Bergantung berapa penghasilan rutin Anda. Kalau Anda bergaji Rp 20 juta per bulan, lalu menyisihkan 30 persen atau Rp 6 juta per bulan, maka jika dikumpulkan dalam setahun uang Anda hanya akan menjadi Rp 72 juta. Masih belum cukup untuk mencapai Rp 120 juta. Oleh karena itu, dana yang Rp 6 juta tersebut mesti diinvestasikan. Kalau pokok dana investasi Anda adalah Rp 72 juta, maka gain yang ingin Anda raih harus sebesar Rp 40 juta, agar menjadi Rp 112 juta. Dengan kata lain, gain atau return yang Anda harapkan dalam setahun adalah sekitar 55 persen. Apakah masuk akal? Apakah "menginjak bumi"? Mungkin tidak. Sebutlah Anda menempatkan dana di saham, maka gain dalam setahun sulit mencapai 55 persen, kecuali Anda termasuk spekulan yang hebat. Cara yang lain adalah dengan menyisihkan dana untuk diinvestasikan dalam jumlah yang lebih besar. Poinnya, besarnya dana dan besarnya target return sangat menentukan apakah cita-cita keuangan Anda realistis atau tidak.
Dari contoh tersebut jelas, apakah cita-cita keuangan Anda "menginjak bumi" atau tidak, hanya Anda yang tahu. Oleh karena itu, agar cita-cita keuangan benar-benar bisa dicapai, maka mesti dilihat dulu kemampuan Anda meningkatkan aset dan termasuk menyediakan sumber dana untuk peningkatan aset tersebut.
Bagaimana mengalokasikan dana agar mampu mencapai tujuan keuangan dan juga "menginjak bumi" akan diulas pada tulisan-tulisan selanjutnya.