a

Thursday, March 21, 2013

Mempertahankan Kekayaan


Segmen keempat dalam perjalanan "kekayaan" adalah bagaimana mempertahankan kekayaan yang sudah diraih. Segmen ini merupakan fase kematangan, kekayaan yang telah diperoleh dan bahkan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, bisa dipertahankan untuk memberikan makna bagi pemilik kekayaan tersebut. Seperti orang lapar Ada saatnya mencari makan, lalu kalau makanannya enak, boleh sedikit meminta tambahan. Namun setelah kenyang, sebaiknya berhenti. Karena, jika diteruskan malah menjadi penyakit. Demikian juga dengan kekayaan. Ada saatnya berkata "cukup", agar tidak terjerumus dalam jurang keserakahan.

Sebagaimana pernah diuraikan sebelumnya, nilai kekayaan bagi setiap orang bisa berbeda-beda. Ukurannya adalah diri sendiri. Berapa pun harta yang dimiliki, jika dirasa sudah cukup dan sudah mencapai seluruh tujuan keuangan dengan ukuran relatif masing-masing maka fase berikutnya adalah bagaimana mempertahankannya.

Boleh jadi, sebagian dari kita beranggapan bahwa mempertahankan kekayaan adalah tatkala sudah pensiun atau sudah memasuki masa tidak produktif, tetap memiliki kekayaan yang mampu membiayai kebutuhan hidup. Ini tidak keliru, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Kenapa? Karena kekayaan yang dimiliki seseorang tidak selalu sebagai alat berjaga¬jaga setelah tidak produktif. Di kala produktif sekalipun, jika seseorang sudah merasa cukup dengan apa yang diperolehnya maka fase selanjutnya adalah mempertahankan. Bagaimana konkretnya? Begini...

Setiap orang pasti memiliki tujuan keuangan yang bersifat jangka pendek, menengah dan panjang. Bisa saja kemudian semua tujuan keuangan itu ternyata tercapai lebih cepat. Misalnya, tujuan keuangan jangka panjang seseorang umumnya adalah memiliki aset produktif dalam jumlah besar yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan setelah tidak produktif. Biasanya tujuan tersebut diharapkan dapat diraih setelah berusia 55 tahun. Namun, karena investasi dilakukan secara benar, pengelolaan keuangan pun dilakukan secara saksama, bisa saja, tujuan keuangan yang hendak diraih pada usia menjelang pensiun itu sudah berhasil diraih saat ini. Ini sangat mungkin terjadi, apalagi jika investasi itu dilakukan pada pasar modal, seperti saham misalnya. Bayangkan dalam kurun waktu 4 bulan saja dalam tahun 2009, indeks telah melesat 23 persen lebih. Bahkan pada beberapa saham, kenaikannya ada yang mencapai di atas 100 persen. Jadi, jika Anda sempat menginvestasikan uang Rp 1 miliar di pasar modal, misalnya, maka saat ini Anda sudah mengantongi Rp2 miliar. Jika rencana semula, dana Rpl miliar itu diharapkan bertumbuh 15 persen per tahun, maka untuk mencapai Rp2 miliar dibutuhkan waktu tidak kurang dari 7 sampai 8 tahun lagi. Itu satu contoh, betapa tujuan keuangan jangka panjang, bisa saja diraih dalam waktu sekejap karena keberhasilan berinvestasi.

Lantas, apa hubungannya dengan mempertahankan kekayaan? Jika memang tujuan keuangan jangka panjang Anda sudah tercapai, maka ada 2 (dua) pilihan berikutnya, yakni membuat tujuan keuangan jangka panjang yang baru, dan atau mempertahankan kekayaan yang ada agar bisa memenuhi kebutuhan Anda dalam jangka panjang. Katakanlah, pilihan Anda adalah mempertahankan kekayaan, maka kuncinya adalah harus ada situasi keuangan, jika Anda tidak produktif lagi, maka tidak ada permasalahan dengan keuangan Anda. Selain itu, kondisi keuangan Anda saat ini, haruslah lebih besar tiang dari pasak. Artinya, penghasilan Anda masih di atas pengeluaran Anda.

Lalu, ketika selisih pendapatan dibanding pengeluaran tersebut sudah bisa Anda sisihkan ke dalam bentuk aset produktif, maka Anda sudah memiliki penghasilan pasif. Ketika penghasilan pasif tersebut sudah bisa menutupi seluruh pengeluaran Anda, maka Anda sudah masuk pada fase mempertahankan kekayaan. Paling tidak, pada level mempertahankan kualitas hidup yang mendasar.

Itu dari sisi cash flow keseharian. Bagaimana dengan investasi Anda yang memberikan penghasilan rutin? Prinsipnya, hasil investasi dimaksud harus di atas laju inflasi. Jadi yang dilihat adalah secara new atau nilai bersih. Jadi, jika Anda memiliki deposito berjangka dengan tingkat bunga, umpamakan 9 persen, dan laju inflasi 6 persen per tahun, maka imbal hasil riilnya adalah 3 persen. Apakah nilai 3 persen itu mampu meng-cover biaya hidup Anda? Jika ya, maka nilai kekayaan Anda relatif akan tetap sepanjang usia dikandung badan.

Selanjutnya adalah perihal pilihan investasi itu sendiri. Dalam investasi dikenal beberapa istilah, misalnya masa konsolidasi, masa pertumbuhan, dan masa memetik hasil. Dalam fase konsolidasi, harus dilakukan pemilihan kembali terhadap investasi yang dimiliki. Mana yang dipertahankan dan mana pula yang harus dilepas dan kemudian masuk ke investasi baru. Sementara di masa pertumbuhan adalah saat membiarkan investasi yang sudah dipilih untuk bertumbuh kembang sesuai harapan. Dan lalu setelah itu, mulai menikmati hasilnya. Adapun pilihan investasi dengan tujuan mempertahankan kekayaan, sejatinya adalah investasi yang berisiko rendah dan moderat. Hindari investasi berisiko tinggi, karena yang terjadi bisa bertolak belakang dengan yang diharapkan. Sepanjang, field investasi bisa memberikan pendapatan tetap dan cukup untuk meng-cover seluruh pembiayaan kebutuhan mendasar Anda, maka itu sudah cukup.

Kerap kali, kalangan yang sudah kaya gagal mempertahankan kekayaannya, karena pada saat berinvestasi masih saja tergiur dengan imbal hasil yang tinggi. Seperti contoh sebelumnya, jika Anda berinvestasi di saham sebesar Rp 1 miliar, tentu tujuannya adalah untuk menumbuh kembangkan aset Anda. Dan ketika sudah meraih gain sebesar 100 persen, sebenarnya itu sudah sangat luar biasa. Sebab, tujuan investasi semula toh hanya menginginkan gain 15 persen per tahun. Dus, mengingat risiko saham yang cukup tinggi, ada baiknya investasi di saham dikurangi dan beralih ke reksa dana yang lebih moderat risikonya. Tetapi, semuanya berpulang kembali pada Anda. Yang jelas, fase mempertahankan kekayaan adalah fase di mana sebaiknya menghindari risiko-risiko investasi yang terlalu tinggi. Itu prinsipnya. Selamat mencoba.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...