Apakah akhir-akhir ini, Anda sering berkeringat dingin? Sulit tidur? Tiba-tiba dada merasa sesak, ingin marah, kesal, dan merasa tidak nyaman? Hati-hati. Boleh jadi Anda sudah terjangkit sindrom depresi kejatuhan pasar modal. Ya, Anjloknya IHSG puluhan persen dalam beberapa pekan terakhir, telah mengakibatkan banyak pelaku mengalami loss. Paling tidak unrealized loss atau potensial loss. Memang, sepanjang saham-saham dan surat berharga yang harganya anjlok itu belum dipindahtangankan, maka kerugian yang diderita belum nyata. Dan apakah potensi kerugian yang masih "abstrak" itu berubah menjadi konkret bergantung bagaimana menyikapinya. Yang jelas, sikap marah, menyesal, apalagi depresi tidak akan menyelesaikan persoalan. Potensi kerugian hanya akan bisa dihadapi dengan aksi yang cerdas, tenang, dan terukur. Tidak perlu pakai panik apalagi teriak-teriak ke tetangga mengabarkan betapa dahsyatnya kehancuran portofolio investasi Anda. Tidak perlu seperti itu.
Lantas apa yang mesti dilakukan? Banyak. Banyak sekali. Hal yang paling mendasar adalah mencermati kembali karakter pribadi diri Anda, apakah sebenarnya Anda memang tergolong investor yang berhati "badak" atau sebenarnya "keropos". Ya, jika Anda memiliki naluri risk taker, maka berapa pun anjloknya IHSG dan harga saham yang Anda pegang, depresi tidak akan menerpa Anda. Malah, boleh jadi, Anda akan segera masuk lagi ke pasar, memborong saham-saham yang tengah berguguran. Dan memang ini adalah cara yang benar, jika Anda mau menjadi investor pasar modal yang sejati. Namun, jika kondisinya terbalik, sesungguhnya Anda tergolong risk avoider dan kurang selayaknya menaruh banyak dana Anda di pasar modal. Sebab, boleh jadi, Anda akan segera menjual semua saham yang harganya anjlok. Anda terjebak dalam situasi panic selling. Akibatnya, potensial loss menjadi benar-benar loss. Simpulannya, fenomena kejatuhan IHSG belakangan ini, mestinya memberi pelajaran kepada Anda tentang siapa diri Anda sebenarnya. Itu yang paling penting.
Selanjutnya, memahami tindakan apa yang mestinya dilakoni. Lakukan tindakan kuratif dan preventif. Tindakan adalah menyiasati bagaimana agar kerugian yang Anda derita bisa seminimal mungkin, atau malah teratasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bagaimana maksudnya? Teliti kembali saham-saham yang Anda pegang. Seperti kita pahami, kejatuhan harga-harga saham belakangan ini lebih karena para investor asing menjual habis portofolionya. Tidak peduli, apakah saham yang dilepas itu memiliki fundamental yang baik atau tidak. Sejatinya, saham-saham yang memiliki fundamental baik sebenarnya tidak beralasan untuk mengalami kejatuhan harga. Dengan kata lain, anjloknya harga saham tersebut lebih karena sentimen pasar. Jadi, jika Anda memiliki saham-saham yang berfundamental bagus, untuk apa dijual? Pegang saja saham-saham tersebut. Suatu ketika harganya pasti akan mengalami penyesuaian lagi, sesuai dengan kondisi fundamental perusahaan. Jadi, investasi Anda di pasar modal selama periode krisis, mestinya harus berorientasi jangka panjang dan bukan bermotif spekulasi. Itu prinsipnya.
Itu langkah kuratif. Bagaimana pula dengan aksi preventif? Jangan pernah lagi menggunakan uang belanja rumah tangga untuk berspekulasi di pasar modal. Ini sangat mendasar. Banyak investor berharap memperoleh penghasilan reguler melalui perdagangan saham harian di bursa. Ini sangatlah rentan terhadap risiko. Sebab, jika terjadi kerugian, dampaknya bisa ke mana-mana, termasuk terganggunya keuangan harian keluarga. Lantas, jika memang tidak memiliki dana nganggur dalam jumlah benar, apakah tidak boleh berinvestasi? Tidak seperti itu. Investasi, adalah tindakan memaksimalkan aset. Memberikan nilai tambah bagi pemiliknya.
Nah, untuk melakukan investasi, sumber dananya mestinya adalah dari penghasilan yang disisihkan dan dialokasikan untuk berinvestasi.
Mungkin Anda akan mengatakan, jika pola itu yang ditempuh, maka dananya mesti dikumpulkan dulu, ditabung atau disimpan sebelum diinvestasikan. Anda keliru. Kalau model ini yang Anda tempuh, maka Anda akan kehilangan momentum. Investasi tetap dapat dilakukan, berapa pun dana yang Anda miliki. Dan investasi bisa dijalankan dengan pola angsuran. Selain itu, investasi juga bisa dilakukan dengan kredit bank. Hal yang paling umum dan banyak dilakukan pars pelaku, misalnya adalah membeli apartemen dengan kredit. Dalam sekian tahun ke depan, apartemen yang dibeli diharapkan mengalami kenaikan harga. Di sisi lain, setiap bulan Anda menyisihkan dana untuk mengangsur kredit. Nah, sepanjang jumlah angsuran kredit dan bunga masih lebih rendah ketimbang harga jual apartemen nantinya, tentu saja Anda akan memperoleh keuntungan.
Boleh jadi Anda bersungut-sungut melihat contoh tadi. Terlalu tinggi. Terlalu berisiko dan lain sebagainya jika investasi seperti itu. Ya, itu hak Anda. Namun, bukan berarti ddak ada alternatif lain. Jangan beringas dulu. Contoh di atas adalah kalau "cita-cita" investasi Anda cukup tinggi. Tapi, yang lebih moderat dan "menginjak bumf" juga banyak. Contohnya unit link. Ini juga produk investasi dengan angsuran. Setelah masa investasi jatuh tempo, Anda akan memperoleh pokok investasi ditambah imbal hasil. Investasi dilakukan secara angsuran. Dan Anda juga dilindungi oleh asuransi. Jadi unit link itu adalah dua produk yang saling berkait, dengan dua benefit bagi Anda, yakni asuransi plus investasi.
Mau contoh lain? Masih banyak. Dengan kondisi 'crisis financial global belakangan ini, banyak ahli mengatakan bahwa harga emas berkemungkinan meningkat, baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Konkretnya Anda bisa investasi dalam bentuk emas. Lha uangnya dari mana? Mungkin begitu tanggapan Anda. Jangan khawatir. Saat ini ada produk investasi emas yang dilansir oleh lembaga pegadaian, jika Anda ingin membeli emas batangan 1 kg misalnya, ataupun hanya 100 gram, Anda cukup membayar 10 persen dulu. Sisanya diangsur. Sementara emasnya sendiri bisa dititipkan di pegadaian. Artinya, Anda bisa berinvestasi dengan cara angsuran, dan produk investasi telah menjadi milik Anda.