Bukan hal yang keliru, kalau ada yang beranggapan bahwa besarnya penghasilan tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya kekayaan. Seseorang yang penghasilannya di atas Rp10 juta sebulan, misalnya, bisa saja kehidupan keuangannya lebih "susah" ketimbang karyawan yang penghasilannya sebesar Rp5 juta per bulan. Kok bisa begitu? Bisa saja. Sebab, berapa pun kecilnya penghasilan, sepanjang pengeluaran lebih rendah ketimbang pemasukan, berarti memiliki cash flow positif yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan kekayaan.
Di sisi lain, berapa pun besarnya penghasilan, jika pengeluaran lebih besar dibandingkan pemasukan, maka posisi keuangan akan defisit. Dan itu berarti sebagian kebutuhan akan dibiayai oleh utang. Dus, tidak ada sumber dana yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan aset. Yang ada adalah penurunan kekayaan secara bertahap, karena aset akan dipergunakan untuk pembayaran utang. Oleh karena itu, tingkat kekayaan seseorang sebenarnya tidak diukur dari besarnya penghasilan, melainkan lebih bergantung pada karakter pengelolaan penghasilan. Singkatnya, berapa pun kecilnya penghasilan, tetap dimungkinkan menjadi kaya, jika mau dan mampu melakukan inovasi dalam pengelolaan keuangan.
Apa itu inovasi keuangan? Sederhananya adalah hal yang berbeda dalam pengelolan keuangan. Misal, jika orang kebanyakan menggunakan kartu kredit untuk berutang maka, dalam koridor inovasi keuangan, penggunaan kartu kredit adalah untuk memanfaatkan tenggang waktu. pembayaran. Dengan demikian Anda dapat menggunakan dana pihak lain, dalam kurun waktu tertentu tanpa biaya apa pun. jadi, jika Anda berbelanja pada hari ini dan kemudian melunasinya sebelum jatuh tempo, berarti Anda bisa mendapatkan tambahan each flow dalam kurun waktu tersebut, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal. Bayangkan, jika Anda bisa membeli barang dengan harga "X", misalnya, lalu menjualnya kembali dengan harga "X" plus keuntungan, maka Anda telah berbisnis tanpa modal dan bahkan memperoleh untung. Dengan kata lain, utang yang digunakan untuk kegiatan produktif, merupakan salah satu inovasi keuangan. Apalagi jika utang itu sendiri, diperoleh tanpa biaya apa pun, seperti contoh penggunaan kartu kredit tersebut.
Bagaimana jika utang itu menimbulkan biaya bunga? Tidak masalah. Sepanjang biaya bunga masih lebih rendah dibandingkan keuntungan yang diperoleh, maka tetap saja Anda tergolong kalangan yang inovatif jadi, ringkasnya, menumbuhkembangkan aset, bisa dilakukan tanpa modal. Modal itu diperoleh dari utang. Lalu dipergunakan untuk berbisnis. Dan hasil bisnis tersebut mampu memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan biaya utang itu sendiri.
Contoh inovasi keuangan lainnya adalah memiliki sebanyak mungkin aset produktif dibandingkan aset konsumtif Pernahkah Anda melihat pedagang yang tinggal di sebuah ruko, lantai paling bawah digunakan untuk berdagang, sementara lantai di atasnya digunakan sebagai tempat tinggal? Artinya, tempat usaha dan rumah tinggal menjadi satu. Dengan kata lain, rumah tinggal si pedagang tersebut, bukan sekadar rumah tinggal, tetapi telah menjadi aset produktif yang bisa menghasilkan uang, alias tempat berbisnis. Bagaimana dengan Anda? Boleh jadi Anda memiliki rumah lebih dari satu. Dan rumah yang tidak Anda tinggali setiap bulan malah menguras kantong Anda, karena mesti membayar biaya listrik dan biaya pemeliharaan lainnya. Malah kondisi rumah terus merosot, karena faktor usia, dan lain sebagainya. Konkretnya, beberapa rumah yang Anda miliki, bukan saja tidak produktif, namun malah menjadi beban. Oleh karena itu, rumah tersebut mesti diproduktifkan, dalam arti memberikan penghasilan, misalnya disewakan kepada pihak lain.
Selain rumah, coba lihat lagi berbagai kekayaan yang Anda miliki. Cermati apakah aset tersebut sekadar sebagai aset konsumtif, atau alat menjaga gengsi belaka, atau memang tergolong produktif Jika Anda memiliki perhiasan emas yang nilainya meningkat maka perhiasan itu tergolong aset produktif yang bisa menambah kekayaan Anda. Begitu juga dengan lukisan yang nilainya bisa saja mengalami peningkatan. Ringkasnya, aset produktif adalah aset yang memiliki nilai investasi.
Inovasi keuangan juga bisa dilakukan dengan cara pemilihan investasi yang tepat. Pengertian investasi yang tepat adalah bagaimana menyuruh uang Anda "bekerja" untuk Anda. Jadi, uang menghasilkan uang. Bagaimana caranya? Lakukan investasi aktif
Investasi aktif adalah secara reguler memilih dan mengevaluasi investasi yang telah dilakukan. Di pasar modal misalnya, sebagian kalangan membeli saham, lalu terus memegangnya dalam kurun waktu yang lama, dengan harapan rnemperoleh dividen dan capital gain. Ini memang tidak salah. Tetapi, dalam kurun waktu tersebut, bisa saja, harga saham yang dipegang mengalami kemerosotan harga. Kalangan yang memegang saham tersebut, boleh jadi tidak peduli, atau malah menjualnya karena khawatir harga saham akan semakin merosot. Nah, seorang investor aktif, tidak akan bersikap seperti itu. la malah akan membeli lagi saham dimaksud pada harga yang lebih rendah. Kenapa? Karena tujuan memegang saham dimaksud adalah untuk jangka panjang, dan ketika harga saham merosot, maka dilakukan pembelian agar secara rata-rata, biaya pembelian saham menjadi lebih murah. Contoh-contoh lain, perihal investasi aktif telah banyak diulas dalam tulisan-tulisan terdahulu di kolom ini.
Inovasi yang terakhir adalah inovasi keuangan dalam pengelolaan biaya. Pernahkah Anda mendengar istilah "must have" vs "nice to have"? Coba terapkan itu dalam perilaku pengeluaran biaya Anda. Berapa banyak Anda menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang sekadar "nice to have"? Boleh jadi, kalau ditotal seluruh pembelian Anda, terutama pengeluaran yang bersifat harian, akan lebih banyak yang tergolong "nice to have". Jika Anda bisa memotong biaya "nice to have" 50 persen saja, akan sangat banyak saving yang Anda peroleh dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan keuangan lain yang lebih produktif. Selamat mencoba.
by: Elvyn G. Masassya