a

Monday, March 25, 2013

Implementasi Anggaran Investasi


Pembahasan mengenai Rencana Anggaran Investasi (RAI) yang pernah dimuat di rubrik penulis di Kompas pada akhir Desember 2009 lalu, mengundang banyak e-mail dan SMS yang menanyakan bagaimana konkretnya implementasi RAI dimaksud. Bahasan berikut ini akan mengulas secara sederhana titik landasan RAI yang mungkin bisa menjadi masukan bagi Anda dalam menyusun RAI yang lebih personal.

Hal yang paling mendasar dalam pembuatan RAI, tentunya adalah memahami bagaimana kondisi keuangan Anda dalam posisi yang terakhir, katakanlah pada akhir tahun 2008. Lihat bagaimana posisi aset dan kewajiban utang Anda. Mestinya berada dalam posisi positif, Anda masih memiliki aset yang lebih besar dibandingkan dengan utang. Selanjutnya, hitung berapa pertumbuhannya dibandingkan dengan awal tahun 2008. Umpamakan pada akhir tahun 2008, nilai aset bersih Anda adalah aset Rp 1 miliar. Ini meliputi semua aset yang dihitung berdasarkan harga pasar. Artinya, jika aset Anda itu dijual, maka nilai uangnya adalah sebesar Rpl miliar tersebut. Termasuk di sini adalah harga tanah/runiah, kendaraan, aset investasi berupa deposito berjangka, saham, reksadana, dan lain-lain. Sementara itu pada awal tahun nilai aset bersih Anda umpamakan Rp900 juta. Berarti ada peningkatan aset sebesar Rp100 juta atau 11 persen. Dari sisi persentase, ini jelas peningkatan yang lumayan. Tapi coba bandingkan dengan penghasilan Anda. Berapa persen yang teralokasi menjadi peningkatan aset. Baik itu peningkatan aset karena karena perubahan harga pasar dan yang juga disebabkan oleh tambahan alokasi pendapatan ke dalam aset.

Cek kembali, berapa total penghasilan Anda pada tahun 2008? Umpamakan adalah sebesar Rp250 juta. Ini merupakan akumulasi dari seluruh penghasilan Anda, baik itu berupa gaji dan imbal hasil investasi yang telah diperoleh dalam bentuk riil. Dari Rp250 juta itu, yang berdampak pada peningkatan aset adalah Rp100 juta atau setara 40 persen dari total penghasilan. Kelihatannya ini rasio yang bagus, secara sederhana, Anda hanya membelanjakan 60 persen penghasilan Anda untuk konsumsi. Tapi, apakah jika dicermati secara lebih jauh, rasio-rasio tersebut memang menunjukkan Anda telah berada dalam "jalan yang benar"? Belum tentu. Coba kita lihat.

Tentang peningkatan aset, misalnya. Pada tahun 2008 ada peningkatan sebesar Rp100 juta atau 11 persen. Tapi coba telisik lagi, berapa persen yang peningkatan itu benar-benar karena kontribusi hasil investasi di tahun 2008 dan berapa persen pula yang karena penyesuaian harga aset. Katakanlah Anda memiliki tanah dan rumah yang Anda tempati sekarang. Pada tahun 2007, harganya adalah sebesar Rp500 juta. Lalu pada tahun 2008 akhir harganya sudah menjadi Rp550 juta. Dengan kata lain, ada peningkatan harga sebesar Rp50 juta atau 10 persen dari harga sebelumnya. Peningkatan ini bukan karena tindakan investasi baru, melainkan lebih karena aspek "kebetulan". Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran riil mengenai hasil investasi yang Anda lakukan pada tahun 2008, maka peningkatan harga rumah harus dikeluarkan. Ringkasnya, peningkatan aset berkat penyisihan penghasilan dan investasi di tahun 2008 adalah Rp100 juta dikurangi Rp50 juta, sehingga menjadi Rp50 juta.

Dengan rumusan baru tersebut, maka dari total penghasilan Anda yang Rp250 juta pada tahun 2008, sebenarnya, yang berdampak pada peningkatan aset adalah Rp50 juta. Dengan kata lain, Anda melakukan konsumsi sebesar Rp200 juta atau 80 persen. Apakah kenyataannya demikian? Boleh jadi tidak. Sebab, dalam realitasnya, angka Rp250 juta yang merupakan penghasilan Anda, di dalamnya termasuk juga hasil investasi Anda di deposito, saham, reksadana, dan lain sebagainya. Coba hitung lagi, berapa tambahan penghasilan Anda yang diperoleh dari kegiatan investasi di tahun 2008. Sebut saja angkanya adalah Rp50 juta dari Rp250 juta. Berarti penghasilan Anda di luar investasi, sebenarnya adalah Rp200 juta. Dengan demikian, konsumsi Anda sebenarnya adalah Rp200 juta dibandingkan Rp200 juta atau 100 persen. Jelas sangat buruk. Konkretnya, peningkatan harga aset Anda yang sebesar Rp100 juta, semata-mata karena kenaikan harga rumah dan tanah sebesar Rp50 juta dan Rp50 juta lagi diperoleh dari bunga deposito, capital gain saham, dan lain-lain, yang notebene bukan merupakan basil investasi baru.

Poin penting dari ilustrasi tersebut sebenarnya adalah, ketika Anda hendak mengimplementasikan rencana investasi Anda, maka posisi keuangan dan investasi Anda di akhir tahun 2008 harus dilihat secara jujur dan transparan. Cermati dari mana sumber dan asal usulnya, dan dihitung peningkatan aset Anda berdasarkan basil investasi murni di tahun 2008.

Hal yang paling mendasar adalah tentukan tujuan keuangan Anda di tahun 2009. Lalu siapkan rencana untuk mencapainya melalui tindakan investasi. Katakanlah, di tahun 2009, tujuan investasi Anda adalah meningkatkan aset Anda sebesar 20 persen, yakni menjadi Rp1.200 juta dibandingkan posisi tahun 2008 yang Rp 1 miliar juta. Tapi, seperti ilustrasi tadi, Anda mesti memilah dulu, mana peningkatan aset yang murni merupakan basil investasi pada tahun 2009 dan mana yang karena penyesuaian harga. Katakanlah, yang karena penyesuaian harga tanah dan rumah Anda adalah Rp50 juta (sama seperti tahun 2008). Berarti peningkatan aset yang murni karena investasi di tahun 2009 diharapkan sebesar Rp150 juta. Inilah tujuan keuangan Anda, yakni memperoleh imbal basil investasi sebesar Rp150 juta. Tapi, jangan lupa, dari Rp150 juta itu diharapkan ada kontribusi dari investasi yang sudah berjalan minimal sebesar Rp50 juta. Berarti tambahan basil investasi baru yang mesti diperoleh di tahun 2009 adalah Rp100 juta.

Bagaimana cara meraihnya? Anda memiliki penghasilan non-investasi di tahun 2009 sebesar Rp150 juta. Berarti, dari sejumlah dana tersebut harus ada yang Anda sisihkan dan investasikan, sehingga mampu menghasilkan Rp100 juta di tahun 2009. Seandainya saja, Anda sisihkan Rp50 juta dan ditabung, maka perolehan investasi Anda adalah Rp50 juta plus bunga tabungan. Jelas tidak mencapai target. Oleh karena itu, untuk mencapai imbal basil investasi yang lebih besar, Anda mesti menyusun ulang portofolio investasi Anda, termasuk investasi yang sudah berjalan maupun investasi yang baru. Selamat mencoba.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...