a

Monday, March 25, 2013

Perilaku Investasi


Apakah benar, ketika seseorang berinvestasi, maka tujuannya adalah melakukan pemupukan kekayaan, sebagaimana kerap dipromosikan oleh lembaga-lembaga atau institusi yang menjual produk keuangan? Jawabannya adalah tidak. Pemupukan kekayaan hanyalah salah satu dari begitu banyak tujuan investasi. Jadi, ketika tujuan investasi itu sendiri sudah tidak jelas, jangan heran jika banyak investor menuai kegagalan dalam investasinya. Dus, sebelum melakukan dan memilih alat investasi, sebenarnya pastikan dulu tujuan investasinya. Selanjutnya sesuaikan tujuan investasi dimaksud dengan perilaku investasi, ketika memilih alat berinvestasi.

Secara konsep, paling tidak ada 4 (empat) tujuan investasi. Pertama, melindungi modal dan aset yang telah dimiliki dan inflasi. Kedua, memperoleh pendapatan rutin untuk membiayai keseharian. Ketiga, membangun kekayaan dan meningkatkan aset yang telah dimiliki. Keempat, spekulasi, dalam rangka mendapatkan keuntungan besar.

Jika dilihat sepintas, tampaknya keempat tujuan investasi tersebut sama saja. Atau sering kali semuanya menjadi tujuan bagi seorang investor. Tapi apakah memang demikian? Jelas tidak. Lihat tujuan investasi yang pertama. Tujuan investasi untuk memproteksi aset dan modal dari jeratan inflasi. Tujuan semacam ini biasanya hanya dimiliki oleh kalangan yang telah mencapai kemapanan finansial. Artinya, investasi yang dilakukan bukan lagi untuk memupuk kekayaan. Konsekuensinya, pilihan investasinya lebih bersifatfive risk. Misalnya, dana yang dimiliki hanya ditempatkan di deposito berjangka. Atau surat berharga pasar uang yang berjangka pendek. Sepanjang return-nya sudah di atas tingkat inflasi, maka pemilik dana sudah merasa cukup puas. Asetnya secara absolut bertambah, namun net value-nya sebenarnya tetap. Bagi kalangan seperti ini, yang lebih penting adalah asetnya likuid. Jika diperiukan, setiap saat dana akan tersedia.

Beda dengan kalangan yang berinvestasi dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan rutin dalam rangka membiayai belanja harian. Menempatkan dana saja dalam bentuk deposito berjangka jelas tidak mencukupi. Dibutuhkan imbal hasil investasi yang lebih besar, untuk membiayai kehidupan. Dengan demikian, pilihan investasinya pun mesti lebih beragam. Sebutlah menempatkan dana dalam obligasi pemerintah, BUMN maupun swasta yang imbal hasilnya lebih tinggi dibandingkan deposito berjangka. Lebih dari itu, bisa juga menempatkan sebagian dana dalam bentuk saham yang fundamentalnya bagus, sehingga mampu membayar dividen secara rutin. Selain itu, bisa pula menempatkan dana langsung ke sektor riil, misalnya membeli rumah toko yang kemudian disewakan. Jadi, intinya, investasi yang dilakukan diharapkan bisa memberikan pendapatan rutin yang cukup besar dibandingkan deposito berjangka.

Tujuan investasi yang ketiga adalah memupuk kekayaan, hasil investasi diharapkan bisa lebih besar ketimbang tujuan yang kedua. Dalam model ini, dana yang diinvestasikan belum akan dinikmati dalam jangka pendek. Misalnya, dana ditempatkan di deposito berjangka, maka bunganya akan ditambahkan ke dalam pokok pinjaman untuk didepositokan kembali. Lalu, ketika membeli saham dan mendapatkan dividen dan gain, maka gain yang diperoleh akan diinvestasikan lagi untuk membeli saham yang lain bersama pokoknya. Jika pola semacam ini dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama, katakanlah 10 tahun, maka jumlah aset dan modal Anda akan berlipat ganda. Narnurt, pola investasi seperti ini hanya bisa dilakukan oleh kalangan, yang untuk biaya sehari-hari sudah diperoleh dari sumber yang lain.

Tujuan yang terakhir adalah jika investasi sudah bersifat spekulatif. Kalangan yang termasuk golongan ini adalah mereka yang selalu mencari jenis investasi yang berani memberikan imbal hasil sangat tinggi, dan terkadang tidak masuk akal. Kita pernah mendengar kisah Qisar, Maddoff, dan lain sebagainya, pihak yang menggalang dana menggunakan skema ponzi alias piramida uang. Jika Anda termasuk pihak yang masuk di awal dan segera keluar, maka Anda beruntung. Namun, jika Anda masuk investasi ini belakangan, maka besar kemungkinan yang Anda peroleh adalah angin surga. Sebab, dana Anda sudah raib diberikan kepada pihak lain yang terlebih dahulu masuk sebelum Anda. Selain itu, investasi yang bersifat spekulatif juga kerap terjadi di pasar modal. Saham-saham tertentu yang tidak memiliki fundamental bagus, "digoreng" sedemikian rupa, sehingga harganya meningkat. Jika Anda tergiur Anda akan ikut membeli. Namun pada saat yang sama, pihak yang "menggoreng" telah melakukan profit taking dengan menjual kembali saham yang dimilikinya. Ringkasnya, investasi yang bersifat spekulatif lazimnya adalah tindakan investasi yang tidak didasari oleh analisis, masuk ke jenis investasi yang "abu-abu" dan menempatkan dana dalam jumlah cukup besar, karena ingin mendapatkan keuntungan besar dalam jangka pendek.

Berangkat dad tujuan investasi tersebut, maka korelasikan dengan perilaku investasi Anda. Perilaku di sini adalah personal style dalam berinvestasi. Contoh yang sederhana, sangat tidak mungkin Anda memiliki tujuan investasi spekulatif jika Anda tergolong penakut atau tidak berani mengambil risiko. Sebab, investasi spekulatif hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang "berani mati" dan "berani kehilangan uang". Sementara itu, dalam realitasnya kita melihat begitu banyak investor yang kemudian melapor pada polisi, menangis tersedu-sedu atau malah menjadi gila ketika kehilangan dana investasinya. Sebenarnya ini aneh. Karena ketika berani berspekulasi, mestinya berani pula menanggung akibatnya.

Dalam praktiknya, kebanyakan orang-orang yang melakukan investasi spekulatif sebenarnya memiliki tujuan keuangan untuk mempunyai pendapatan rutin dalam rangka membiayai kebutuhan sehari-hari. Dus, kalau memang seperti itu faktanya, maka investasi yang dilakukan pasti tidak berhasil. Sebab, mestinya, pilihan investasinya adalah yang berisiko moderat bahkan rendah. Kesimpulannya, perilaku investasi mesti sejalan dengan tujuan investasi. Jika kedua hal ini tidak sinkron maka besar kemungkinan investasi akan mengalami kegagalan.
by: Elvyn G. Masassya
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...