a

Monday, March 25, 2013

Alokasi Aset Investasi


Benar, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang sukses ataupun gagal dalam berinvestasi. Tapi, tahukah Anda, salah satu faktor yang paling menentukan adalah strategi ataupun cara dalam mengalokasikan aset investasi. Apa maksudnya? Umpamakan Anda memiliki dana Rp1 miliar. Dan teman Anda juga memiliki dana dalam jumlah yang sama. Lalu Anda berdua sama-sama melakukan investasi. Bisa dipastikan, hasil investasi tersebut, apakah setahun kemudian, atau 5 tahun kemudian atau bahkan 10 tahun lagi akan sangat berbeda. Anda mungkin akan mengatakan, "jelas beda, karena pilihan investasinya berbeda". Anda seratus persen benar. Namun, coba saja dana yang masing-masing Rpl miliar itu diinvestasikan pada produk investasi yang sama, apakah hasilnya juga sama? Tetap saja akan berbeda. Kenapa? Banyak sebab.
Katakanlah, Anda dan teman Anda, sama-sama melakukan diversifikasi alias "tidak menempatkan semua telur dalam satu keranjang". Artinya, dana Rpl miliar itu dibelikan saham, obligasi, reksa dana, tanah, dan mungkin emas. Lantas, apakah hasilnya akan sama? Tidak, karena saham yang dibeli mungkin berbeda. Atau kalaupun membeli saham yang sama, namun jangka waktu investasi pada saham tersebut tidak sama. Anda hanya 6 bulan, teman Anda mungkin 1 tahun. Demikian juga dengan jenis investasi lain. Konkretnya, kendati pilihan instrumen sama, namun jika jangka waktu investasi berbeda, maka hasilnya bisa sangat berbeda pula.

Oleh karena itu, diversifikasi saja, belumlah cukup untuk bisa meraih kesuksesan dalam berinvestasi. Lebih dari itu, diversifikasi harus diikuti dengan perhitungan mengenai berapa besar alokasi dana pada masing-masing instrumen investasi. Inilah yang mungkin membedakan Anda dengan teman Anda, Selain itu, alokasi tersebut juga mesti diikuti dengan time horizon investasi yang jelas, yakni apakah untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Kemudian, dalam alokasi aset tersebut yang nantinya disebut sebagai portofolio investasi. Anda mesti memutuskan apakah akan mengguunakan pendekatan investasi aktif ataukah investasi pasif Apa maksud dari semua itu? Ayo kita telaah satu per satu.

Alokasi aset pada hakikatnya adalah bagaimana melakukan investasi dengan melakukan klasifikasi yang berbeda untuk tiap jenis aset. Klasifikasi itu terdiri atas jenis investasi, jumlah investasi, risiko investasi, potensi keuntungan investasi, jangka waktu investasi, dan juga cara mengelola investasi itu sendiri. Mengenai jenis investasi, sama-sama kita pahami ada investasi dalam bentuk produk riil atau di sektor riil dan investasi dalam bentuk "kerns berharga" yang diperdagangkan di pasar modal. Dalam hal ini, termasuk namun tidak terbatas, pada saham, obligasi, reksadana, indeks, dan sebagainya.

Pilihan Anda terhadap alokasi aset investasi tersebut tentunya mesti disesuaikan dengan tujuan investasi itu sendiri. Pada umumnya, para investor menginginkan return yang besar dari setiap jenis investasi yang dilakukannya. Dan kalau bisa return yang tinggi tersebut diraih dalam jangka pendek. Tetapi, ada juga yang menginginkan hasil stabil dalam kurun waktu yang panjang. Dus, tujuan investasi yang berbeda akan menghasilkan strategi alokasi investasi yang berbeda.

Setelah Anda memastikan tujuan investasi, barulah kemudian memilah alokasi aset investasi yang relevan dan sekaligus memperhitungkan ekspektasi imbal hasil serta risiko yang terkandung di dalam jenis investasi dimalcsucl. Katakanlah, Anda memilah aset investasi menjadi 50 persen di sektor rill dan 50 persen di pasar modal. Untuk yang di sektor Anda pilah lagi menjadi properti, tanah, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, Anda juga sekaligus memastikan berapa tahun investasi di sektor riil tersebut akan Anda pegang.
Sementara, yang 50 persen lagi dialokasikan untuk saham, obligasi dan reksadana. Jumlah pada masing-masing instrumen investasi tersebut tentu bergantung juga pada risk taking capacity yang melekat pada diri Anda masing-masing. Jika Anda termasuk risk taker dan berorientasi jangka pendek menengah, tentu saham bisa menjadi pilihan yang terbesar. Selanjutnya reksadana saham dan barn obligasi.

Lantas, apakah persoalan selesai? Jelas belum. Ketika Anda mengalokasikan dana untuk investasi di saham, maka saham jenis apa yang Anda beli? Di sektor mana? Suka tidak suka, Anda harus juga melakukan diversifikasi lebih lanjut. Pertama, bagi dana saham Anda pada beberapa sektor ekonomi. Lalu, saham untuk papan atas yang berfundamental bagus dalam jangka menengah untuk kepastian dividen dan saham pada lapis kedua yang menjanjikan potensi capital gain. Kedua, pilah reksadana yang Anda beli dalam beberapa jenis, yakni reksadana saham, reksadana obli¬ gasi dan reksadana campuran. Ketiga, Anda dapat juga membeli obligasi ritel yang diterbitkan pemerintah, dengan risiko sangat rendah.

Setelah Anda mengalokasikan dana pada masing-masing jenis investasi tersebut, maka berikutnya adalah apakah Anda akan melakukan investasi secara pasif atau. aktif Kalau investasi pasif, maka nasib investasi Anda akan bergantung sepenuhnya pada pergerakan pasar. Untuk saham, misalnya, jika saham yang mengalami pergerakan harga dan kemudian Anda melepasnya maka Anda akan mendulang keuntungan. Demikian juga dengan reksadana saham, yang jika indeks meningkat maka nilai aset value (NAV) dari reksadana tersebut juga meningkat. Namun sebaliknya, jika harga saham jatuh, maka investasi Anda juga akan jatuh. Pendeknya, semua bergantung pada pergerakan pasar dengan konsep paling dasar yakni, buy low sell high.

Namun, jika Anda memiliki nyali dan juga kemampuan investasi yang memadai, maka Anda bisa juga memilih strategi investasi aktif Artinya, keberhasilan dan ataupun kegagalan investasi Anda, tidak sepenuhnya bergantung pasar, namun lebih kepada did Anda sendiri dalam mengambil inisiatif action, terlepas bagaimanapun kondisi pasar. Misalnya, ketika harga-harga saham berjatuhan dan mungkin termasuk saham yang Anda miliki, maka tindakan Anda bukanlah menjual saham tersebut, melainkan kembali membeli, bahkan dalam jumlah lebih besar. Atau Anda membeli saham lapis kedua, yang Anda yakini memiliki potensi besar untuk bergerak, kendati investor lain kurang berminat. Dan hal yang sama juga berlaku untuk reksadana maupun obligasi. Anda aktif melakukan perclagangan dan pertukaran jenis instrumen investasi yang Anda yakini memiliki potensi capital gain dalam horizon investasi Anda. Selamat mencoba.
by: Elvyn G. Masassya

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...