Dikisahkan, di suatu desa yang damai secara tiba-tiba terjadi bencana banjir. Semua penduduk desa mengungsi ke desa lain. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh petugas kelurahan, diketahui bahwa ada warga yang menghilang, yaitu seorang anak kecil.
Kemudian, perangkat desa dan tim SAR melakukan penyisiran dan pencarian ke seluruh bagian desa yang terlanda banjir itu. Anak kecil itu ternyata tersangkut di sela-sela atap rumah yang tergenang. Dan secara ajaib tiba-tiba muncullah seorang kakek berpakaian putih menghampiri anak itu dan mengajaknya berbicara, "Hei.. Anakku, kamu tersangkut atap. Aduh kasihan sekali, mari kakek bantu." Dari raut muka anak kecil itu terpancar ketakutan.
Kakek itu berkata, "Anakku, jangan takut. Aku adalah penjaga di sini. Sudah menjadi kewajibanku untuk memperingatkan, melindungi, dan menjaga seluruh warga desa ini." Mendengar kata-kata kakek tersebut, perlahan rasa takut anak itu hilang. Anak itu bertanya "kek, kenapa kakek tidak menyelamatkanku sebelum banjir ini datang?"
Kakek menjawab. "Anakku, terkadang dengan suatu kejadian, kita bisa belajar sesuatu dan jika kamu tidak tersangkut atap ini, belum tentu kamu akan bertemu dengan kakek. "Anakku, lihatlah air yang memenuhi desa ini. Ia awalnya kecil, namun karena manusia sering mengabaikan lingkungannya, maka ia menjadi besar. Ia adalah air yang sama seperti di sungai itu. Air tampak lemah, namun sebenarnya ia sangat kuat. Perlahan tapi pasti ia membasahi dan melahap apa saja yang dilaluinya," ucap si Kake.
"Anakku, kakek menasihati kamu agar kelak kamu jangan seperti mereka yang menyepelekan segala sesuatu. Jangan menganggap remeh hal apa pun, bahkan yang termudah dan terlemah sekalipun. Apa yang tampaknya hebat terkadang terlihat tidak sehebat dengan apa yang ada sesudahnya. Jadilah pribadi demikian, yakni biasa tapi luar biasa. Berbakat tapi tidak menyombongkan kebiasaanmu, dan bantulah sesama secara total," kata sang kakek.
Anak kecil itu bingung, mengapa kakek itu berkata demikian padanya. Kemudian sesaat setelah membantu melepaskan anak kecil itu dari atap, kakek itu menghilang secara misterius. Tak lama kemudian, tim SAR datang menyelamatkan anak kecil itu.
Pembaca yang budiman, lihatlah air yang perlahan tapi pasti memenuhi ruangan. Demikian juga dengan kehidupan; mengalirlah bagaikan air, jangan melawan arus. Perhatikanlah air, ia tampak lemah namun sesungguhnya ia kuat. Secara perlahan, ia melahap semua benda yang menghalangi jalan ke mana air itu akan mengalir.
Demikian halnya dengan kehidupan. Terkadang kita melihat orang lain lebih kuat, lebih pintar, dan lebih-lebih yang lain. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang merupakan anugerah dari Sang Pencipta.
Melihat kelebihan orang lain, bukan berarti kita tidka memiliki kelebihan. Tidak perlu berkecil hati. Kita semua memiliki potensi yang luar biasa. Potensi itu harus digali dalam proses kehidupan. Janganlah memandang rendah diri sendiri karena melihat kehebatan orang lain. Kita justru harus belajar untuk menjadi hebat, bahkan lebih hebat lagi dari prestasi yang telah diraih selama ini.
Bentuklah mental yang positif. Sehingga jika terdapat kekurangan dalam diri, kita segera menyadari dan belajar untuk menjadi lebih baik. Kita bersyukur atas kekurangan kita karena dengan demikian kita masih diizinkan untuk belajar. Kelebihan yang dimiliki orang lain adalah saran untuk menimba ilmu, bukan berarti kita membenci orang tersebut.
by Davit Setiawan
Kemudian, perangkat desa dan tim SAR melakukan penyisiran dan pencarian ke seluruh bagian desa yang terlanda banjir itu. Anak kecil itu ternyata tersangkut di sela-sela atap rumah yang tergenang. Dan secara ajaib tiba-tiba muncullah seorang kakek berpakaian putih menghampiri anak itu dan mengajaknya berbicara, "Hei.. Anakku, kamu tersangkut atap. Aduh kasihan sekali, mari kakek bantu." Dari raut muka anak kecil itu terpancar ketakutan.
Kakek itu berkata, "Anakku, jangan takut. Aku adalah penjaga di sini. Sudah menjadi kewajibanku untuk memperingatkan, melindungi, dan menjaga seluruh warga desa ini." Mendengar kata-kata kakek tersebut, perlahan rasa takut anak itu hilang. Anak itu bertanya "kek, kenapa kakek tidak menyelamatkanku sebelum banjir ini datang?"
Kakek menjawab. "Anakku, terkadang dengan suatu kejadian, kita bisa belajar sesuatu dan jika kamu tidak tersangkut atap ini, belum tentu kamu akan bertemu dengan kakek. "Anakku, lihatlah air yang memenuhi desa ini. Ia awalnya kecil, namun karena manusia sering mengabaikan lingkungannya, maka ia menjadi besar. Ia adalah air yang sama seperti di sungai itu. Air tampak lemah, namun sebenarnya ia sangat kuat. Perlahan tapi pasti ia membasahi dan melahap apa saja yang dilaluinya," ucap si Kake.
"Anakku, kakek menasihati kamu agar kelak kamu jangan seperti mereka yang menyepelekan segala sesuatu. Jangan menganggap remeh hal apa pun, bahkan yang termudah dan terlemah sekalipun. Apa yang tampaknya hebat terkadang terlihat tidak sehebat dengan apa yang ada sesudahnya. Jadilah pribadi demikian, yakni biasa tapi luar biasa. Berbakat tapi tidak menyombongkan kebiasaanmu, dan bantulah sesama secara total," kata sang kakek.
Anak kecil itu bingung, mengapa kakek itu berkata demikian padanya. Kemudian sesaat setelah membantu melepaskan anak kecil itu dari atap, kakek itu menghilang secara misterius. Tak lama kemudian, tim SAR datang menyelamatkan anak kecil itu.
Pembaca yang budiman, lihatlah air yang perlahan tapi pasti memenuhi ruangan. Demikian juga dengan kehidupan; mengalirlah bagaikan air, jangan melawan arus. Perhatikanlah air, ia tampak lemah namun sesungguhnya ia kuat. Secara perlahan, ia melahap semua benda yang menghalangi jalan ke mana air itu akan mengalir.
Demikian halnya dengan kehidupan. Terkadang kita melihat orang lain lebih kuat, lebih pintar, dan lebih-lebih yang lain. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang merupakan anugerah dari Sang Pencipta.
Melihat kelebihan orang lain, bukan berarti kita tidka memiliki kelebihan. Tidak perlu berkecil hati. Kita semua memiliki potensi yang luar biasa. Potensi itu harus digali dalam proses kehidupan. Janganlah memandang rendah diri sendiri karena melihat kehebatan orang lain. Kita justru harus belajar untuk menjadi hebat, bahkan lebih hebat lagi dari prestasi yang telah diraih selama ini.
Bentuklah mental yang positif. Sehingga jika terdapat kekurangan dalam diri, kita segera menyadari dan belajar untuk menjadi lebih baik. Kita bersyukur atas kekurangan kita karena dengan demikian kita masih diizinkan untuk belajar. Kelebihan yang dimiliki orang lain adalah saran untuk menimba ilmu, bukan berarti kita membenci orang tersebut.
by Davit Setiawan