Mari kita bayangkan Anda telah bekerja di sebuah perusahaan multinasional besar selama 25 tahun terakhir. Kerja keras, kesetiaan, dan kontribusi Anda merupakan faktor yang sangat signifikan dalam membantu kantor lokal perusahaan Anda menjadi sebuah pemimpin pasar di dalam industrinya. Tiba-tiba, manajemen Anda memutuskan untuk mengganti Anda dengan seseorang yang lebih muda dan murah, dalam usahanya untuk mengurangi biaya jangka pendek dan meningkatkan keuntungan selama sebuah resesi. Skenario ini umum terjadi dalam kehidupan banyak eksekutif perusahaan di usia 40-an dan 50-an.
Jika skenario ini terjadi pada Anda, apa yang akan Anda rasakan? Bagaimana Anda memikirkan kalau KEJADIAN ini pada akhirnya akan menentukan HASIL kehidupan Anda? Apakah Anda akan berakhir lebih baik atau lebih buruk? Bukankah itu sesungguhnya bergantung pada pilihan cara Anda untuk me-RESPONS?
Ingatlah bahwa kita merespons dengan pikiran, emosi, dan tindakan. Jika Anda mulai berpikir, "Teganya mereka melakukan hal ini kepada saya? Teganya mereka mengkhianati saya seperti ini? Saya telah membuang 25 tahun hidup saya! Saya kehilangan rasa aman saya!" pemikiran ini akan memicu emosi-emosi seperti rasa marah, putus harapan, ketakutan, depresi, kepahitan, dan putus asa.
Tindakan apa yang mungkin Anda lakukan dalam keadaan emosi negatif ini? Apakah Anda akan terinspirasi untuk mulai mencari sebuah karier baru atau bahkan memulai bisnis Anda sendiri? Apakah Anda tetap memancarkan gairah dan antusiasme dalam sebuah wawancara kerja? Apakah Anda memiliki gairah untuk memberikan hati dan jiwa Anda kepada hal yang baru? Sepertinya tidak. Kebanyakan orang sama sekali tidak merasakan hal tersebut. Selama Anda merespons dengan kemarahan, kepahitan, dan putus asa, Anda tidak akan melakukan yang terbaik yang Anda dapat lakukan lagi. Kenyataannya, Anda akan menjadi sinis, malas, dan menyabotase kesempatan apa pun yang mungkin menghampiri Anda. Anda bahkan mungkin beralih ke alkohol untuk menenggelamkan kesedihan Anda. Yang jelas, hasilnya tidak akan berupa sesuatu hal yang bagus.
Pada saat bersamaan, Anda dapat memilih untuk merespons kejadian itu dengan cara yang berbeda. Anda dapat memilih untuk berpikir, "Daripada membantu para bos saya untuk menjadi kaya, saya dapat menggunakan pengalaman 25 tahun saya dan menerapkannya untuk membangun bisnis saya sendiri. Justru bekas perusahaan saya itulah yang kehilangan sebuah aset berharga" atau "Sekarang saya dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan saya kepada perusahaan yang menghargai pekerjaan saya!"
Pemikiran ini menciptakan sebuah rangkaian emosi yang sangat berbeda, menerjemahkan kejadian ini dengan cara itu akan membuat Anda merasa bersemangat, terinspirasi, dan percaya diri. Bukankah dengan emosi ini Anda akan mengambil tindakan yang sangat berbeda? Anda mungkin akan mencari sebuah karier baru, memulai bisnis Anda sendiri, membuka usaha di luar negeri, melatih kembali diri Anda dan memberikan yang terbaik -- pada apa pun yang Anda pilih untuk dilakukan. Hasilnya, Anda akan berakhir di tempat yang lebih menyenangkan dan lebih sukses.
by Adam Khoo
Jika skenario ini terjadi pada Anda, apa yang akan Anda rasakan? Bagaimana Anda memikirkan kalau KEJADIAN ini pada akhirnya akan menentukan HASIL kehidupan Anda? Apakah Anda akan berakhir lebih baik atau lebih buruk? Bukankah itu sesungguhnya bergantung pada pilihan cara Anda untuk me-RESPONS?
Ingatlah bahwa kita merespons dengan pikiran, emosi, dan tindakan. Jika Anda mulai berpikir, "Teganya mereka melakukan hal ini kepada saya? Teganya mereka mengkhianati saya seperti ini? Saya telah membuang 25 tahun hidup saya! Saya kehilangan rasa aman saya!" pemikiran ini akan memicu emosi-emosi seperti rasa marah, putus harapan, ketakutan, depresi, kepahitan, dan putus asa.
Tindakan apa yang mungkin Anda lakukan dalam keadaan emosi negatif ini? Apakah Anda akan terinspirasi untuk mulai mencari sebuah karier baru atau bahkan memulai bisnis Anda sendiri? Apakah Anda tetap memancarkan gairah dan antusiasme dalam sebuah wawancara kerja? Apakah Anda memiliki gairah untuk memberikan hati dan jiwa Anda kepada hal yang baru? Sepertinya tidak. Kebanyakan orang sama sekali tidak merasakan hal tersebut. Selama Anda merespons dengan kemarahan, kepahitan, dan putus asa, Anda tidak akan melakukan yang terbaik yang Anda dapat lakukan lagi. Kenyataannya, Anda akan menjadi sinis, malas, dan menyabotase kesempatan apa pun yang mungkin menghampiri Anda. Anda bahkan mungkin beralih ke alkohol untuk menenggelamkan kesedihan Anda. Yang jelas, hasilnya tidak akan berupa sesuatu hal yang bagus.
Pada saat bersamaan, Anda dapat memilih untuk merespons kejadian itu dengan cara yang berbeda. Anda dapat memilih untuk berpikir, "Daripada membantu para bos saya untuk menjadi kaya, saya dapat menggunakan pengalaman 25 tahun saya dan menerapkannya untuk membangun bisnis saya sendiri. Justru bekas perusahaan saya itulah yang kehilangan sebuah aset berharga" atau "Sekarang saya dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan saya kepada perusahaan yang menghargai pekerjaan saya!"
Pemikiran ini menciptakan sebuah rangkaian emosi yang sangat berbeda, menerjemahkan kejadian ini dengan cara itu akan membuat Anda merasa bersemangat, terinspirasi, dan percaya diri. Bukankah dengan emosi ini Anda akan mengambil tindakan yang sangat berbeda? Anda mungkin akan mencari sebuah karier baru, memulai bisnis Anda sendiri, membuka usaha di luar negeri, melatih kembali diri Anda dan memberikan yang terbaik -- pada apa pun yang Anda pilih untuk dilakukan. Hasilnya, Anda akan berakhir di tempat yang lebih menyenangkan dan lebih sukses.
by Adam Khoo