Banyak dari kita yang pernah membaca novel atau menonton film tentang bocah penyihir terkenal, Harry Potter, yang pengarangnya telah menjadi penghibur terkaya nomor dua di planet ini, dan disebut wanita paling berpengaruh di Inggris. Apa yang harus dilalui J.K. Rowling dalam hidupnya sebelum menjadi salah satu penulis paling sukses di dunia? Sekali lagi, seperti semua orang sukses, ia harus menghadapi halangan-halangan yang sangat berat dan bangkit dari serangkaian kemunduran.
Sejak ia kanak-kanak, Rowling suka menulis dan bermimpi menjadi penulis profesional. Pada usia baru enam tahun, ia menulis cerita-cerita fantasi, yang kemudian dibacakannya untuk saudara peremuannya. Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia melanjutkan mengambil gelar Seni dari Universitas Exeter. Lalu ia bekerja sebagai peneliti dan sekretaris bilingual. Sejauh ini, itu kehidupan yang cukup biasa-biasa saja.
Lalu, tahun 1990, inspirasi menerpa Rowling. Saat ia sedang menunggu akibat penundaan keberangkatan kereta selama empat jam dari Manchester ke London, ia menetaskan ide menulis tentang seorang bocah penyihir dan petualangan-petualangan ajaibnya.
Segera setelah Rowling tiba di London, ia mulai menulis - namun nasib ikut campur dan baru setelah lima tahun yang menyakitkan Rowling kembali menulis. Ibunya, yang lemah akibat menderita multiple sclerosis (kerusakan otak dan tulang belulang) meninggal, dan Rowling merasa hancur.
Ia berjuang untuk terus menulis untuk mengatasi rasa sakit akibat kehilangannya, namun tidak pernah berhasil menulis banyak. Rowling lalu pindah ke Portugal untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Dua tahun kemudian ia menikahi seorang jurnalis televisi Portugis bernama Jorge Arantes, dan setahun kemudian melahirkan anak pertama mereka. Seharusnya itu saat penuh kebahagiaan, namun di tahun yang sama suaminya meninggalkannya. Kehilangan keduanya sangat menghancurkannya sehingga Rowling jatuh ke dalam depresi. Pikiran untuk bunuh diri muncul dan penulis gagal ini didiagnosis terkena depresi klinis. Ini adalah masa paling gelap dalam hidupnya. Akhirnya, Rowling menemukan kekuatan dari dalam dirinya untuk melangkah maju, dan meneruskan tulisannya.
Selama beberapa tahun kemudian, ia menghabiskan hari-harinya dengan menulis di berbagai kafe. Ia tidak punya pekerjaan dan uang, jadi ia bergantung pada tunjangan dari pemerintah. Hidupnya sangat kacau. Semua terlihat suram dan tanpa harapan. Namun, penulis yang masih kuncup ini memiliki secercah keyakinan bahwa novel boca penyihirnya ini akan mengubah hidup dan peruntungannya.
Akhirnya lima tahun yang panjang setelah ia pertama kali memulai tulisannya, Rowling menyelesaikan naskah Harry Potter and the Philosopher's Stone. Namun seperti biasa, kesuksesan tidak datang semudah itu. Ia mengirim novel pertamanya itu ke dua belas penerbit, dan semua menolaknya. Ia menolak untuk berhenti.
Rowling terus mengirim naskahnya ke setiap penerbit yang dapat ditemuinya. Akhirnya, setahun kemudian, sebuah penerbit kecil, Bloomsbury, setuju untuk menerbitkan buku itu. Namun, editornya meminta Rowling agar tetap mencoba mencari pekerjaan, karena ia ragu Rowling dapat memiliki penghasilan yang cukup sebagai penulis buku anak-anak.
Meski Bloomsbury bersedia mengambil resiko dengan penulis pemula ini, mereka dengan hati-hati mencetak hanya seribu kopi, dan lima ratus di antaranya dibagikan secara cuma-cuma kepada perpustakaan-perpustakaan!
Lalu, lima bulan kemudian, Harry Potter mulai memenangkan berbagai penghargaan, memberi Rowling pengakuan yang pantas didapatkannya. Ia lallu mulai menulis buku kedua, ketiga, lalu keempat dalam serial Harry Potter itu.
Namun baru setelah penerbitan buku keempatnya, Harry Potter and the Goblet of Fire, sekitar dua tahun kemudian, Harry Potter akhirnya menjadi sebuah buku laris internasional, dan penulisnya menjadi seorang selebriti. Sekitar 372.775 kopi buku itu terjual pada hari pertama di Inggris. Di Amerika Serikat, buku itu terjual tiga juta kopi dalam 48 jam pertama, mengalahkan semua rekor penjualan. Buku keenamnya, Harry Potter and the Half Blood Prince, terjual sembilan juta kopi dalam 24 jam pertama peluncurannya. Hari ini, Harry Potter adalah sebuah merek global dengan perkiraan nilai sebesar $15 miliar, menjadikan Rowling penulis miliarder pertama dalam sejarah.
by Adam Khoo
Sejak ia kanak-kanak, Rowling suka menulis dan bermimpi menjadi penulis profesional. Pada usia baru enam tahun, ia menulis cerita-cerita fantasi, yang kemudian dibacakannya untuk saudara peremuannya. Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia melanjutkan mengambil gelar Seni dari Universitas Exeter. Lalu ia bekerja sebagai peneliti dan sekretaris bilingual. Sejauh ini, itu kehidupan yang cukup biasa-biasa saja.
Lalu, tahun 1990, inspirasi menerpa Rowling. Saat ia sedang menunggu akibat penundaan keberangkatan kereta selama empat jam dari Manchester ke London, ia menetaskan ide menulis tentang seorang bocah penyihir dan petualangan-petualangan ajaibnya.
Segera setelah Rowling tiba di London, ia mulai menulis - namun nasib ikut campur dan baru setelah lima tahun yang menyakitkan Rowling kembali menulis. Ibunya, yang lemah akibat menderita multiple sclerosis (kerusakan otak dan tulang belulang) meninggal, dan Rowling merasa hancur.
Ia berjuang untuk terus menulis untuk mengatasi rasa sakit akibat kehilangannya, namun tidak pernah berhasil menulis banyak. Rowling lalu pindah ke Portugal untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Dua tahun kemudian ia menikahi seorang jurnalis televisi Portugis bernama Jorge Arantes, dan setahun kemudian melahirkan anak pertama mereka. Seharusnya itu saat penuh kebahagiaan, namun di tahun yang sama suaminya meninggalkannya. Kehilangan keduanya sangat menghancurkannya sehingga Rowling jatuh ke dalam depresi. Pikiran untuk bunuh diri muncul dan penulis gagal ini didiagnosis terkena depresi klinis. Ini adalah masa paling gelap dalam hidupnya. Akhirnya, Rowling menemukan kekuatan dari dalam dirinya untuk melangkah maju, dan meneruskan tulisannya.
Selama beberapa tahun kemudian, ia menghabiskan hari-harinya dengan menulis di berbagai kafe. Ia tidak punya pekerjaan dan uang, jadi ia bergantung pada tunjangan dari pemerintah. Hidupnya sangat kacau. Semua terlihat suram dan tanpa harapan. Namun, penulis yang masih kuncup ini memiliki secercah keyakinan bahwa novel boca penyihirnya ini akan mengubah hidup dan peruntungannya.
Akhirnya lima tahun yang panjang setelah ia pertama kali memulai tulisannya, Rowling menyelesaikan naskah Harry Potter and the Philosopher's Stone. Namun seperti biasa, kesuksesan tidak datang semudah itu. Ia mengirim novel pertamanya itu ke dua belas penerbit, dan semua menolaknya. Ia menolak untuk berhenti.
Rowling terus mengirim naskahnya ke setiap penerbit yang dapat ditemuinya. Akhirnya, setahun kemudian, sebuah penerbit kecil, Bloomsbury, setuju untuk menerbitkan buku itu. Namun, editornya meminta Rowling agar tetap mencoba mencari pekerjaan, karena ia ragu Rowling dapat memiliki penghasilan yang cukup sebagai penulis buku anak-anak.
Meski Bloomsbury bersedia mengambil resiko dengan penulis pemula ini, mereka dengan hati-hati mencetak hanya seribu kopi, dan lima ratus di antaranya dibagikan secara cuma-cuma kepada perpustakaan-perpustakaan!
Lalu, lima bulan kemudian, Harry Potter mulai memenangkan berbagai penghargaan, memberi Rowling pengakuan yang pantas didapatkannya. Ia lallu mulai menulis buku kedua, ketiga, lalu keempat dalam serial Harry Potter itu.
Namun baru setelah penerbitan buku keempatnya, Harry Potter and the Goblet of Fire, sekitar dua tahun kemudian, Harry Potter akhirnya menjadi sebuah buku laris internasional, dan penulisnya menjadi seorang selebriti. Sekitar 372.775 kopi buku itu terjual pada hari pertama di Inggris. Di Amerika Serikat, buku itu terjual tiga juta kopi dalam 48 jam pertama, mengalahkan semua rekor penjualan. Buku keenamnya, Harry Potter and the Half Blood Prince, terjual sembilan juta kopi dalam 24 jam pertama peluncurannya. Hari ini, Harry Potter adalah sebuah merek global dengan perkiraan nilai sebesar $15 miliar, menjadikan Rowling penulis miliarder pertama dalam sejarah.
by Adam Khoo