Pada suatu saat dalam musim dingin yang tidak kunjung berakhir, George Washington ingin meninjau pasukannya di perbatasan terjauh dari kantor pusatnya. Washington mengenakan mantel yang tebal dan sebuah topi yang menutup wajahnya untuk menghindar dari terpaan udara dingin sore itu. Ketika ia sampai di perbatasan, ia dengan berjalan kaki berkeliling meninjau benteng pertahanan terakhir dan tak satu pun tentara yang berpapasan dengannya menyadari bahwa mereka
sedang dikunjungi oleh seorang pemimpin tertinggi kala itu. Ketika berjalan cukup jauh, ia terhenti melihat sekelompok tentara yang bekerja keras dengan diawasi langsung oleh seorang kopral yang berteriak-teriak dengan nyaringnya. Setelah dekat, Washington melihat bahwa sekawanan tentara itu sedang berusaha menarik keluar kereta yang berisi kayu-kayu berat yang terperosok ke dalam sebuah parit la memperhatikan si kopral berteriak dengan lantangnya, "Tarik...! Ayo tarik ice atas, mana tenaga kalian.... Ayo tank lebih kuat lagi!" Kopral itu berteriak dengan semangatnya tanpa memberikan bantuan kepada anak buahnya. Ketika kereta itu hampir keluar dari parit, para tentara kehilangan keseimbangan karena licinnya tanah yang diselimuti salju. Sang kopral dengan nada kecewa berteriak, "Ayo, jangan loyo, ceppaaat, satu, dua, tiga! Ayo dorong yang kuat!" Para tentara mencoba sekali lagi dengan sekuat tenaga dan ketika kereta itu akan tergelincir kali keduanya, Washington berlari dan langsung memberikan bantuannya. Bersama para tentara, Washington bed ibalcu untuk mendorong dan membantu anak-anak muda itu. Akhirnya, kereta yang berisi kayu yang berat itu berhasil dikeluarkan dari parit. Muka-muka pucat dan kecapaian terlihat di raut wajah para tentara yang dengan senang menepuk pundak Washington dan tidak lupa memberikan ucapan terima kasih kepada penolong misterius itu. Washington segera berkata kepada si kopral, "Mengapa Anda tidak memberikan pertolongan kepada anak buah Anda, padahal Anda taint mereka sangat membutuhkan bantuan Anda?" Kaget dihardik oleh seorang yang tak dikenalnya, sang kopral menjawab, "Mengapa saya harus membantu mereka, tak tahukah Anda bahwa Anda sedang berbicara dengan seorang kopral?" Washington menjawab, "Tentu saya mengetahui Anda adalah seorang kopral (samba membuka mantelnya, Washington memperlihatkan jubah kebesarannya) dan soya hanyalah seorang pemimpin tertinggi di negara ini. Lain kali Anda membutuhkan pertolongan untuk mendorong kereta berat ini keluar dari parit, soya dengan senang Kati akan menolong." Kepemimpinan karismatik sexing kali digambarkan sebagai seorang yang pandai berbicara, antusias, dan mampu memotivasi pengikutnya. Namun, Washington memperlihatkan wujud kepemimpinan sejati dengan tanpa basa basi memberikan pertolongan yang sangat dibutuhkai oleh pengikutnya. Ingatlah, posisi Anda bukanlah yang menentukan apakah Anda seorang pemimpin di kelompok Anda. Kepemimpinan Anda diukur dari berapa besar sumbangsih yang dapat Anda berikan bagi kelompok Anda. Dunia ini membutuhkan pemimpin yang bukan hanya mampu memberikan semangat kepada timnya, dunia ini juga mencari pemimpin yang dapat menumbuhkan rasa kepercayaan tinggi bagi pengikutnya dengan memberikan contoh dan teladan.
Seorang pemimpin haruslah seseorang yang memberikan pengorbanan yang tertinggi, ia selalu berada di garis depan membela pengikutnya, menanggung risiko yang paling berat, dan ketika mendapat penghargaan, ia memberikan kreditnya kepada para pengikutnya dan bukan kepada dirinya sendiri.
Pemimpin yang baik adalah sosok yang mampu menerima sedikit lebih banyak dari kesalahan yang dilakukannya dan mengurangi jatah dari keberhasilan yang diraihnya
By: John C. Maxwell