a

Thursday, March 21, 2013

Menjadi Kaya atau Sejahtera?


Menjadi kaya atau sejahtera? Sebagian dari Anda mungkin akan bertanya, apa bedanya kaya dengan sejahtera?  jadi Anda akan beranggapan bahwa hakekat kaya dan sejahtera sama saja. Hidup senang, bisa beli apa saja. Tidak kekurangan uang dan lain sebagainya. Tapi, apa benar demikian? Ternyata tidak. Kaya dan sejahtera adalah dua kondisi yang sangat berbeda. Kaya belum tentu sejahtera dan sejahtera juga belum tentu sangat kaya.

Secara umum, kaya adalah tatkala Anda memiliki banyak aset. Anda akan disebut sebagai orang kaya oleh tetangga Anda jika, misalnya, rumah yang Anda tempati besar, mobil Anda banyak dan penampilan Anda fashionable atau dandy. Namun apakah benar Anda kaya?

Kaya sebenarnya bukan semata-mata dilihat dari jumlah aset yang dimiliki, namun harus dikurangkan lebih, dulu dengan kewajiban utang. Sebab, bisa saja rumah besar yang Anda miliki sebenarnya dibiayai oleh utang. Demikian juga dengan Anda. Jadi, sekali lagi untuk melihat apakah Anda kaya atau tidak, jumlah aset Anda mesti dilihat secara neto. Katakanlah, Anda memiliki fixed asset (berupa tanah, rumah, dan kendaraan) sejumlah Rp l miliar. Lalu, Anda juga memiliki tabungan dan deposito, umpamakan senilai Rp200 juta. Total aset Anda adalah Rp1,2 miliar. Berapa utang Anda? Sebut saja Rp800 juta. Jadi, kekayaan Anda sebenarnya adalah Rp400 juta.

Lalu dengan kekayaan yang sebesar Rp400 juta itu, apakah Anda sejahtera? Belum tentu. Sebab, makna sejahtera sesungguhnya adalah, ketika Anda tidak perlu bekerja, namun segala kebutuhan keuangan Anda bisa terpenuhi dari aset (produktif) yang Anda miliki. Kalau saat ini, Anda masih bekerja dan menumpukan biaya hidup dari gaji Anda, sebenarnya Anda belum tergolong sejahtera. Anda belum merdeka secara finansial.

Sebab, kalau saja Anda kehilangan pekerjaan, maka kondisi keuangan Anda akan terganggu. Intinya, meskipun dengan contoh tersebut, Anda memiliki aset neto sebesar Rp400 juta, namun sepanjang biaya hidup Anda sehari-hari masih bergantung pada penghasilan yang merupakan kompensasi dari pekerjaan Anda, maka Anda akan tergolong kalangankaya. Belum tergolong sejahtera.

Benar, bahwa aset produktif Anda, apakah itu deposito, saham, reksa dana atau aset lainnya memberikan penghasilan yang disebut sebagai passive income. Pertanyaannya, berapa persen kebutuhan Anda bisa dibiayai oleh passive income Anda? jika kebutuhan keseharian Anda masih di topang oleh penghasilan karena pekerjaan Anda, tetap saja Anda belum tergolong sejahtera. Artinya, Anda belum merdeka secara finansial.

Lain, apakah untuk merdeka secara finansial Anda mesti terlebih dahulu menjadi sangat kaya, memiliki banyak aset produktif? Tidak juga. Kemerdekaan finansial atau sejahtera, hakikatnya tidak bergantung pada seberapa besar aset Anda, melainkan seberapa besar kebutuhan Anda yang bisa dibiayai oleh passive income. Seperti contoh, katakanlah Anda memilliki aset produktif sebesar Rp400 juta. Dan umpamakan dari aset produktif itu Anda memperoleh income sebesar 10 persen per tahun atau Rp40 juta. Dengan kata lain, passive income Anda adalah sekitar Rp3,3 juta per bulan. Lantas berapa kebutuhan pengeluaran Anda per bulan? Jika lebih besar dari Rp3,3 juta, Anda belum sejahtera. Tetapi, jika lebih kecil dari itu, Anda sudah bisa disebut sejahtera.

Kesimpulannya, sejahtera sebenarnya tidak berarti mesti sangat kaya. Sepanjang kebutuhan pengeluaran bisa dibiayai dari pendapatan passive, maka kemerdekaan finansial merupakan milik Anda. Pertanyaannya, sebaiknya Anda menjadi kaya atau sejahtera? Jika dilihat dari sisi "derajat" maka, kesejahteraan jelas lebih tinggi ketimbang kekayaan. Kendati ukurannya relatif. Tetapi, nasib dan tujuan hidup Anda toh tidak bergantung orang lain. Terserah orang mau bilang apa, sepanjang Anda menikmati hidup Anda dan merasa sejahtera, walaupun mungkin tidak kaya di mata orang lain, toh tidak masalah.

Bagaimana untuk menjadi sejahtera? Kembali pada diri Anda masing-masing. Apa ukuran Anda tentang kesejahteraan? Apakah semata-mata dalam konteks finansial, atau termasuk gengsi di dalamnya. Ini menjadi sangat berbeda. jika hanya dalam konteks finansial, menjadi sejahtera sebenarnya bukan mimpi dan tidak terlalu sulit. Umpamakan saja Anda pensiunan suatu perusahaan. Toh memang Anda sudah tidak bekerja lagi, lalu bagaimana supaya bisa sejahtera? Cek kembali aset produktif Anda. Cek kembali kebutuhan rutin Anda. Jika ternyata Anda bisa menyesuaikan kebutuhan rutin Anda dengan kemampuan penghasilan dari aset produktif ataupun honor pensiunan Anda, maka Anda sudah sejahtera. Jika belum, mungkin Anda perlu mengkaji ulang tentang kebutuhan Anda. Misalnya, biaya konsumsi yang mahal, biaya perawatan rumah, kendaraan, dan lain sebagainya. Kenapa Anda tidak berpikir untuk pindah ke lain kota? Menjual sebagian aset tidak produktif dan memindahkannya ke aset produktif? Bahkan, jika perlu Anda pindah ke lain kota. Beli rumah yang lebih murah. Implikasinya, biaya perawatan rumah dan biaya konsumsi jelas menjadi lebih kecil. Dan ini akan membuat Anda bisa menjadi lebih sejahtera.

Itu satu cara. Cara yang lain adalah dengan berinvestasi atau menjadi pemilik suatu usaha bersama pihak lain. Jika Anda memiliki tabungan atau deposito, atau aset tidak produktif, tanamkan sebagian dana tersebut sebagai saham suatu bisnis. Anda menjadi pemilik. Anda tidak perlu bekerja. Tetapi menjadi pemodal. Pada gilirannya Anda akan memperoleh pendapatan rutin. Dan otomatis menjadi sejahtera. Ringkasnya, apa pun yang Anda lakukan bertalian dengan pengelolaan keuangan, path akhirnya mesti mengarah kepada pencapaian kesejahteraan, dengan ukuran masing-masing, dan bukan sekadar menjadi kaya. Begitu falsafahnya. Selamat mencoba.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...