a

Thursday, March 21, 2013

Mencari Uang vs Melindungi Uang


Coba cermati berbagai berita ekonomi di surat kabar belakangan ini. Cukup menyeramkan. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) merosot tajam. Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga anjlok. Inflasi meningkat. Suku bunga mulai meroket. Dan yang paling anyar, sebuah lembaga sekuritas ternama di Amerika Serikat, menyatakan dirinya bangkrut, setelah tidak kuat menanggung derita kerugian akibat subprime mortgage.

Lalu apa makna semua itu terhadap kondisi keuangan Anda? Terhadap kekayaan Anda dan atau terhadap nilai investasi Anda? Apakah biasa-biasa saja? Dan Anda mengambil sikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa? Jika sikap Anda demikian, besar kemungkinan tanpa Anda sadari, kekayaan Anda juga akan ikut tergerus. Kalau tidak percaya, coba saja kaitkan dengan penurunan IHSG. Seandainya Anda memiliki portofolio saham, lihat apakah saham-saham yang Anda pegang harganya juga ikut merosot? Kemungkinan besar ya. Itu berarti kekayaan Anda jika dihitung dengan harga pasar telah mengalami penurunan. Atau coba kaitkan juga dengan laju inflasi. Cek harga-harga barang. Umpamakan Anda memiliki uang Rp10 juta. Beberapa bulan lalu, uang segitu mungkin cukup untuk membeli sebuah barang yang Anda inginkan. Coba hari ini, Anda pergi ke toko yang sama, dan tanyakan harga barang dimaksud, boleh jadi harganya sudah di atas Rp10 juta. Itu berarti, nilai uang Anda sudah merosot dimakan inflasi.

Dengan fenomena seperti itu, lantas apa yang mesti Anda lakukan? Bekerja lebih keras untuk mencari tambahan penghasilan? Atau berpikir keras untuk menjaga agar aset yang telah Anda miliki tidak mengalami penurunan nilai? Anda bisa melakukan kedua hal tersebut secara bersamaan. Artinya, dalam keadaan ekonomi yang berubah, apakah itu tengah mengalami kemerosotan ataupun kenaikan, keduanya sebenarnya memberikan kesempatan yang sama bagi Anda untuk, apakah mencari uang tambahan atau melindungi nilai aset Anda. Contoh yang paling sederhana adalah kalau Anda memiliki portofolio di pasar saham. Benar, seperti yang diutarakan sebelumnya, belakangan ini IHSG mengalami kemerosotan. Harga saham jatuh. Kenapa? Karena, banyak orang yang memegang saham tersebut menjualnya. Kenapa? Dan siapa mereka? Sebagian besar dari mereka adalah investor asing. Kenapa mereka lakukan itu? Sederhana saja. Sebutlah, pemicunya adalah kebangkrutan sebuah perusahaan sekuritas. Kekhawatiran bahwa hal itu akan berdampak terhadap perusahaan lain. Lantas, apa hubungannya dengan investasi mereka? Begini...

Perusahaan sekuritas dimaksud memiliki kreditur. Kewajiban perusahaan sekuritas terhadap krediturnya bisa tidak terpenuhi. Lalu, si kreditur juga akan mengalami masalah. Dan ini pada gilirannya bisa merembet ke mana-mana, yang ujung-ujungnya juga mungkin akan memberi pengaruh terhadap si investor asing yang menanamkan uangnya di pasar saham Indonesia. Nah, untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, mereka lalu melepas sahamnya dan kemudian membeli dolar AS, lalu memasukkannya lagi dalam dan portfolio mereka di negara asal masing-masing. Itu sebabnya, IHSG merosot dan juga nilai rupiah merosot, karena permintaan terhadap US dolar meningkat belakangan ini.

Dengan situasi semacam itu, saham-saham yang dipegang oleh investor asing, harganya pasti akan ambruk. Di sisi lain, para investor lokal yang tidak ingin harga sahamnya terus merosot, lantas ikut-ikutan menjual sahamnya. Konsekuensinya, harga saham dimaksud semakin merosot dan IHSG juga turun.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...