Mentari di ufuk tahun 2008 baru saja terbit. Sebagian dari Anda boleh jadi, masih berlibur. Berleha-leha menikmati hasil kerja keras sepanjang tahun 2007. Tapi, sebagian lainnya, sangat mungkin sudah mulai masuk kantor dan rada pusing memikirkan utang yang segera harus dibayar. Ya, utang yang dibuat ketika di penghujung tahun memaksakan diri berlibur, atau merayakan tahun baru yang tidak didukung oleh kesiapan dana. Atau, utang yang berkepanjangan sejak tahun sebelumnya karena memang pengeluaran yang tidak terkelola dengan baik.
Di sudut lain, mungkin ada juga yang tengah asyik menghitung hasil investasi di tahun berlalu. Bagi Anda pemegang reksadana dan bermain saham, mungkin mendapatkan cukup banyak keuntungan. Tapi bagi Anda yang menempatkan uang hanya dalam deposito berjangka boleh jadi tidak menuai hasil apa-apa.
Lepas dari semua kondisi tersebut, tahun 2007 sudah lewat. Baik buruknya tinggal keuangan belaka. Yang jauh lebih penting saat ini adalah bagaimana dengan tahun 2008. Semua orang pasti menginginkan tahun ini lebih baik dalam segala hal, termasuk dalam aspek keuangan. Namun, mesti diingat, kondisi yang lebih baik tidak datang dengan sendirinya. Harus ada tujuan yang jelas. Langkah-langkah yang lebih terukur. Dengan kata lain, Anda mesti membuat suatu perencanaan keuangan baru untuk tahun yang baru, dengan segala kondisi perekonomian yang mungkin berbeda dibanding tahun sebelumnya.
Paling tidak ada 2 (dua) langkah pendahuluan yang selayaknya Anda lakukan dalam membuat perencanaan keuangan baru di tahun yang baru ini. Pertama, evaluasi kondisi keuangan Anda di tahun sebelumnya. Kedua, pastikan tujuan keuangan Anda secara spesifik untuk pencapaian tahun mendatang.
Mengenai evaluasi kondisi keuangan tahun lalu, dimulai dengan membuat neraca keuangan pribadi Anda. Cek ulang berapa banyak aset Anda per 31 Desember tahun berlalu. Mulai dari current asset seperti cash, giro, tabungan, deposito, lalu surat-surat berharga dan fixed asset seperti rumah, tanah, dan juga kendaraan yang Anda miliki. Hitung semua nilainya berdasarkan harga pasar. Demikian juga dengan sisi liabilities. Cek lagi semua kewajiban Anda, mulai dari kredit rumah, kredit kendaraan dan segala utang yang Anda miliki. Setelah itu, lihat berapa nilai aset bersih Anda, yakni posisi aset dikurangi dengan posisi liabilities/kewajiban. Bandingkan angka tersebut dengan tahun sebelumnya. Apakah ada peningkatan? Jika ya, berapa persen? Jika hanya sekitar 10 persen, sebenarnya Anda belum bertambah kaya. Karena, nilai aset tersebut mesti dikurangi dulu dengan laju inflasi. Dengan kata lain, jika kondisinya seperti itu, maka kondisi keuangan Anda tidak jauh beda dengan tahun sebelumnya. Apalagi, jika aset bersih Anda malah lebih rendah dibandingkan tahun terdahulu, sudah pasti ada yang keliru dalam pengelolaan keuangan Anda. Sangat mungkin konsumsi atau pengeluaran Anda sangat besar pada tahun itu. Sehingga tidak ada penghasilan yang memberi kontribusi terhadap tambahan aset. Tetapi, jika aset Anda meningkat katakanlah di atas 15 persen, maka Anda sudah bisa digolongkan ke dalam kalangan yang mengelola keuangan dengan cukup baik. Pertanyaannya, Anda ada di golongan mana?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda terlebih dahulu harus melihat income statement pribadi Anda. Selama tahun 2007, berapa income Anda, berapa pula pengeluaran. Income di sini mulai dari gaji, hash' investasi, dan lain sebagainya yang menjadi sumber penghasilan Anda. Sementara itu, pengeluaran adalah semua yang bersifat tunai atau cash, baik itu untuk konsumsi, membayar angsuran, premi asuransi, ke dokter, dan lain sebagainya. Selanjutnya, hitung berapa net income Anda. Mestinya net income Anda positif. Jika sebaliknya, alias defisit, berarti aset Anda berkurang. Dan kalau kondisinya tidak seperti itu, mungkin ada yang keliru dalam perhitungan Anda. Hitung sekali lagi.
Setelah Anda mengetahui posisi net asset Anda dan juga net income Anda sepanjang tahun berlalu, maka pertanyaannya adalah, apakah pencapaian itu sudah sesuai dengan keinginan Anda? Jika belum, maka ada beberapa kemungkinan penyebab. Misalnya, Anda tidak pernah atau alpa melakukan evaluasi secara periodik. Atau Anda tidak disiplin dalam mengimplementasikan rencana yang sudah dibuat. Apa pun penyebabnya, sepanjang pencapaian keuangan Anda tidak sesuai dengan harapan, pasti ada yang keliru di sana. Namun, nasi toh sudah jadi bubur. Tinggal ke depannya, pada tahun berikutnya ini mau seperti apa. Apakah cukup puas dengan pencapaian keuangan yang mengalir begitu saja, atau ada target lain yang mesti diperoleh. Terserah Anda. Namun, lazimnya, pencapaian yang tidak dilakukan berdasarkan perencanaan hanyalah karena faktor keberuntungan. Dan keberuntungan biasanya tidak berulang. Oleh sebab itu, membuat arah kebijakan keuangan, dengan menetapkan tujuan keuangan serta langkah mencapainya akan jauh lebih baik. Selain membuat kegiatan Anda menjadi lebih terarah, maka kekeliruan yang terjadi pun bisa cepat diperbaiki.
Dalam membuat rancangan kebijakan keuangan, Anda mesti membuat tujuan keuangan terlebih dahulu. Misalnya, di tahun mendatang Anda ingin memiliki rumah baru. Atau memiliki tabungan yang lebih banyak. Apa pun itu, mesti dibuat secara tegas, sebagai tujuan yang hendak dicapai. Lalu, cara mencapai tujuan tersebut mesti dengan membuat prioritas. Artinya, apakah Anda akan lebih fokus pada peningkatan income atau memperbaiki struktur pengeluaran. Kalau Anda fokus pada peningkatan income, berarti Anda mesti melakukan investasi dan menabung yang lebih banyak, sehingga hasil investasi Anda bisa digunakan untuk mencapai tujuan keuangan Anda. Sementara itu, jika menaikkan income dirasa sulit, maka satu-satunya cara adalah dengan memperbaiki struktur pengeluaran Anda. Harus ada pos-pos yang bersifat variabel atau bukan kebutuhan yang harus Anda hilangkan.
Singkatnya, harapan untuk menjadikan tahun mendatang lebih baik dibandingkan tahun silam, hanya akan terwujud jika perencanaan keuangan Anda juga dibuat secara lebih baik, terukur, jelas, dan realistis. Tanpa itu, maka tahun-tahun yang berjalan, tidak ada bedanya. Dan kalau pola semacam itu yang dijalankan, maka sama saja artinya kita hidup di masa lalu.