a

Thursday, March 21, 2013

Matematika Keuangan Pribadi


Jika Anda mengikuti perkembangan ekonomi moneter akhir-akhir ini, pasti membaca berita bahwa BI rate tidak berubah. Alasannya, laju inflasi dalam beberapa bulan terakhir (2008, red.) relatif agak tinggi. Dan dalam rangka mencegah kenaikan inflasi menjadi lebih tinggi, BI memutuskan untuk tidak menurunkan BI rate. BI rate itu sendiri merupakan referensi bagi perbankan dalam menentukan tingkat bunga deposito dan selanjutnya tingkat bunga pinjaman. Selain BI rate, perbankan juga merujuk pada tingkat bunga penjaminan yang dikeluarkan oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

Lalu, apa arti semua fenomena tersebut? Hal yang paling mendasar adalah peristiwa ataupun perkembangan ekonomi moneter pasti akan memberi dampak pada kondisi keuangan kita. Kenapa? Jika Anda seorang karyawan, penghasilan atau gaji tidak mengalami perubahan, tetapi nilai uang Anda akan berubah seiring dengan laju inflasi. Lalu, nilai imbal hasil simpanan Anda di bank juga akan dipengaruhi oleh perkembangan tingkat bunga seiring dengan perubahan BI rate. Konkretnya, tidak ada keadaan yang bersifat tetap. Tetapi, penghasilan mungkin saja tetap. Sementara itu, jika Anda seorang pelaku usaha, perkembangan inflasi juga akan berdampak pada proses bisnis yang Anda lakukan. Harga bahan baku mungkin akan meningkat, sementara harga jual belum tentu meningkat. Pendeknya, pergerakan inflasi dan segala fenomena ekonomi akan memberi implikasi bagi semua orang. Oleh karena itu, memahami dan menghitung dampaknya secara matematika keuangan sangatlah penting guna menghindari risiko yang lebih tinggi.

Bagaimana konkretnya? Begini... Anda pasti memiliki tujuan keuangan, apakah itu yang bersifat jangka pendek, menengah, ataupun panjang. Selain itu, Anda juga pasti mengalokasikan sebagian (besar) penghasilan Anggaran Perencanaan Keuangan; Untuk Apa? untuk membiayai konsumsi. Umpamakan, tujuan jangka pendek Anda dalam setahun ke depan, Anda ingin memiliki mobil baru. Saat ini, harga mobil dimaksud katakanlah sekitar Rp300 juta. Lalu, apakah di tahun depan, tatkala Anda hendak membeli mobil, harganya tetap akan sama? Belum tentu. Setiap tahun harga-harga lazimnya akan mengalami penyesuaian dan ini paling tidak seiring dengan laju inflasi. Belum lagi jika dimasukkan faktor-faktor lain. Konsekuensinya, dana yang mesti Anda persiapkan, sebenarnya bukan lagi Rp300 juta, melainkan harus ditambah dengan laju inflasi, misalnya 10 persen, sehingga menjadi Rp330 juta. Implikasinya, dana yang mesti Anda sisihkan juga harus menjadi lebih besar. Kesimpulannya, pola persiapan dana yang Anda lakukan pun harus disesuaikan dengan kebutuhan dana untuk membeli mobil dimaksud.

Secara konsep, matematika ekonomi adalah suatu cara untuk mengetahui berapa nilai riil uang Anda, saat ini dibandingkan waktu yang akan datang ataupun uang Anda di masa datang, jika dihitung pada saat ini. Ini perlu diketahui, termasuk dalam memperkirakan berapa kebutuhan untuk biaya hidup Anda sehari-hari. Katakanlah, saat ini Anda mengalokasikan dana untuk konsumsi per tahun sebesar Rp100 juta. Dengan asumsi, Anda tidak mengubah pola konsumsi Anda, maka berapa kebutuhan dana konsumsi Anda di tahun depan? Tambahkan perkiraan laju inflasi, katakanlah 10 persen. Maka, kebutuhan dana konsumsi Anda di tahun depan, dengan pola konsumsi yang sama akan menjadi Rp110 juta. Demikian juga dengan tabungan ataupun deposito Anda, jika saat ini diberikan bunga oleh bank sebesar 7 persen per tahun, maka sebenarnya, nilai rill deposito Anda di tahun depan sudah berkurang sebesar 3 persen, yakni tingkat bunga dikurangi laju inflasi.

Pendekatan yang sama dapat Anda lakukan jika Anda hendak menghitung berapa kebutuhan dana yang mesti disiapkan tatkala Anda sudah pensiun. Umpamakan saat ini, Anda berusia 40 tahun. Anda merencanakan pensiun di usia 60 tahun atau 20 tahun dari sekarang. Saat ini, kebutuhan konsumsi Anda adalah Rp5 juta sebulan. Lalu, setelah pensiun, Anda perkirakan kebutuhan konsumsi Anda hanya menjadi 70 persen dari kebutuhan dana konsumsi saat ini, karena biaya transportasi dan mungkin biaya untuk uang saku anak-anak tidak diperlukan lagi. Lalu berapa nilai dana yang dibutuhkan pada saat pensiun nanti?
Anda mesti menghitung dulu, berapa nilai Rp5 juta yang Anda gunakan saat ini, jika dihitung 20 tahun mendatang? Gunakan kalkulator finansial. Masukkan angka inflasi, umpamakan setiap tahun 6 persen, Anda akan memperoleh angka Rp16 juta. Setelah itu hitung 70 persennya. Maka kebutuhan Anda per bulan 20 tahun mendatang adalah Rp 11,2 juta per bulan. Pendekatan yang sama bisa Anda lakukan untuk angka-angka yang lain. Misalnya, Anda ingin, setiap tahun ada peningkatan pola konsumsi, sehingga, katakanlah menjadi Rp7,5 juta per bulan. Maka, Anda harus hitung ulang dengan cara seperti itu.

Selanjutnya, bagaimana Anda mempersiapkan dana, sehingga 20 tahun mendatang Anda bisa menggunakan Rp 11,2 juta per bulan. Caranya, Anda mesti menyisihkan sebagian penghasilan Anda untuk disimpan dan diinvestasikan sehingga 20 tahun mendatang, Anda akan memiliki investasi yang memberikan penghasilan tetap sebesar Rp 11,2 juta per bulan.

Jika Anda enggan menghitung sendiri atau tidak memiliki cukup waktu, maka Anda bisa menghubungi perusahaan yang menawarkan investasi kepada Anda, ataupun perusahaan yang mengelola dana pensiun. Mereka memiliki petugas yang dengan senang hati menghitung secara matematika berapa kebutuhan dana yang mesti Anda persiapkan, berapa investasi yang mesti Anda lakukan dan lain sebagainya. Poinnya, dengan menggunakan matematika untuk menghitung keuangan pribadi Anda, akan memudahkan dan membantu mengetahui berapa sebenarnya dana Anggaran & Perencanaan Keuangan! Untuk Apa? yang Anda butuhkan, balk itu untuk persiapan pensiun, maupun mencapai tujuan keuangan yang lain.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...