Dalam tulisan terdahulu telah diulas mengenai kemandirian finansial. Setidaknya ada 4 (empat) anak tangga yang mesti dilalui jika ingin sampai pada puncak kemandirian finansial, yakni, pertama, membebaskan logika dari pengaruh perasaan ketika mengambil keputusan di bidang keuangan. Kedua, memiliki penghasilan yang lebih besar dari pengeluaran yang paling mendasar. Ketiga, kemampuan merencanakan keuangan dan mengimplementasikannya. Keempat, terbebas dari kebutuhan keuangan untuk membiayai hidup di saat tidak produktif lagi.
Masalahnya, apakah setelah keempat anak tangga tersebut berhasil dicapai, pasti akan memberikan rasa bahagia? Belum tentu. Kemandirian finansial, baru sekadar kondisi yang memberikan rasa aman dari persoalan keuangan. Sedangkan rasa bahagia, kepuasan hidup, tidak semata-mata soal uang. Namun, pola pengelolaan uang itu sendiri sebenarnya memberi pengaruh juga terhadap rasa puas dalam menjalani hidup. Contoh sederhananya, kendati uang Anda berlimpah ruah, apa pun yang diinginkan bisa dibeli dengan uang yang dimiliki, belum tentu Anda memiliki rasa aman. Kenapa? Karena sumber uang yang diperoleh mungkin bukan dengan cara halal. Uang hasil korupsi, memeras, menipu, membohongi, pasti tidak akan memberikan rasa aman. Contoh lain, uang yang diperoleh lebih karena basil main lotre, main judi, atau harta warisan. Jika harta tersebut tidak dikelola secara produktif, pasti akan menimbulkan rasa khawatir, kalau suatu ketika harta tersebut akan habis. Dan untuk mengatasi rasa khawatir itu boleh jadi Anda main lotre atau main judi lagi. Alhasil, yang terjadi adalah, harta Anda benar-benar akan habis. Karena biasanya, harta basil main judi akan habis untuk main judi lagi.
Masih ada contoh-contoh lain yang memperlihatkan harta berlimpah belum tentu memberikan rasa bahagia. Yang paling sering terjadi adalah ketika Anda tidak pernah merasa cukup dengan uang ataupun harta yang
Waktu dihabiskan untuk mencari harta sebanyak-banyaknya, namun harta tersebut tidak pernah sempat dinikmati. Hal ini berjalan terus, hingga tiba-tiba usia sudah uzur dan kemudian hidup tutup buku. Dengan kata lain, Anda terperangkap dalam situasi "memiliki namun tidak menikmati". Ini adalah kondisi yang amat menyedihkan dan tanpa disadari banyak dialami oleh orang-orang di sekitar kita, khususnya yang hidup di kota-kota besar. Ringkasnya, kemandirian finansial adalah suatu keharusan. Namun tidak cukup. Tingkatan yang lebih tinggi dari kemandirian finansial adalah kesempurnaan finansial. Apa maksudnya? Begini...
Makna yang paling dasar dari uang adalah sebagai alat tukar, untuk kemudian seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Uang dan harta yang banyak adalah tujuan keuangan untuk mencapai tujuan hidup. Dan itu bisa dicapai oleh siapa saja. Tetapi, banyak orang lupa, bagaimana proses mencapainya. Hasil yang baik, mestinya dicapai berdasarkan proses yang baik. Ringkasnya, kemandirian finansial hanya akan berhenti pada tahap tersebut, jika proses mencapai kemandirian itu tidak dilakukan kaidah-kaidah yang semestinya. Artinya, jika proses menuju kemandirian finansial itu tidak dilakukan dengan cara yang membikin rasa aman, besar kemungkinan kemandirian finansial tersebut akan bersifat artifisial. Tidak hakiki. Jangankan untuk mencapai tahap kesempurnaan finansial, bahkan mempertahankan kemandirian finansial sekalipun akan menjadi problem besar. Ini seperti kata pepatah, "Dari zero kembali ke zero"; "ketika muda bekerja keras dengan segala cara mencari uang, namun setelah tua, harta yang diperoleh akan habis dipakai untuk menyelesaikan segala problem yang dibuat ketika mencari harta". Kalau situasinya seperti ini, maka kemandirian finansial yang diraih sebenarnya bersifat semu. Sebab, kemandirian finansial adalah ketika uang sudah tidak diperlukan lagi, sampai akhir hayat. Bukan cuma kondisi sesaat.
Lamas bagaimana caranya untuk bisa mencapai kesempurnaan finansial tidak sulit. Hanya ada 2 (dua) prinsip. Pertama, proses dalam menuju kemandirian finansial mesti dilakukan dengan cara dan kaidah yang proper. Sebutlah pada anak tangga yang pertama, dalam hal mendudukkan logika di atas perasaan. Ini merupakan proses yang dada henti. Dalam semua hal menyangkut keuangan, jangan sekali-kali mencampurkan aspek perasaan dalam pengambilan keputusan. Begitu juga pada anak tangga yang kedua, jangan pernah berpikir atau merasa tidak cukup, sehingga pengeluaran menjadi lebih besar dibanding pemasukan. Betapapun kecilnya penghasilan saat ini, harus disikapi dengan makna cukup. Bahwa ingin meningkatkan penghasilan adalah suatu keharusan. Tetapi delta peningkatan pengeluaran mesti Iebih besar ketimbang peningkatan pengeluaran. Lepas dari itu, yang paling penting adalah tata cara peningkatan penghasilan itu. Lakukan dengan perencanaan keuangan yang memiliki norma-norma. Bukan karena ingin mendapatkan mobil Mercedes S-Class, kemudian "melacurkan" prinsip atau memperkosa kaidah tata krama hidup. Hal yang sama juga berlaku dalam investasi. Jangan menggunakan "kendaraan" investasi spekulatif untuk meningkatkan kekayaan. Karma hasilnya akan artifisial.
Prinsip kedua adalah memaknai uang itu sendiri. Seperti apa? Uang adalah sekadar sarana untuk memberi manfaat. Tujuan mencari uang sebanyak-banyaknya bukanlah demi uang, tetapi bagaimana agar uang itu bisa memberi nilai tarnbah dalam kehidupan si pemilik uang, keluarga, sanak saudara, orang lain, dan siapa pun seluas-luasnya. Jadi, kalau uang yang dimiliki belum memberikan kenyamanan hidup, berarti ada yang keliru dalam menafsirkan peran uang. Dan kekeliruan itulah yang mesti diperbaiki. Misalnya, dengan mendefinisikan
cara mencari uang. Dalam 24 jam sehari, hidup bukan hanya untuk uang. Tetapi ada hal-hal dan kegiatan lain yang mesti dilakukan agar tidak menjadi "budak" uang. Selanjutnya, setelah uang diperoleh, peruntukannya mesti jelas. Tanpa peruntukan yang jelas, makna keberadaan uang menjadi sirna. Simpulannya, jika Anda ingin merasakan "hidup yang lebih hidup", maka tujuan keuangan bukan sekadar pada tahap mencapai kemandirian finansial, melainkan menuju kesempurnaan finansial, uang memberi manfaat bagi si pemilik dan orang lain. Selamat mencoba.