Jika Anda seorang investor dan dana yang diinvestasikan cukup banyak, maka pertanyaannya, apakah Anda melakukan investasi seorang diri, atau Anda menitipkan dana Anda pada pihak lain untuk "diputar"? Jika Anda melakukannya seorang diri, dalam arti memilih jenis investasi, menganalisis, mengambil keputusan beli ataupun jual aset investasi, Anda disebut sebagai investor aktif atau direct investor. Akan tetapi, jika Anda menitipkan dana Anda pada pihak lain, dan pihak lain itu yang menginvestasikan dana Anda, maka Anda disebut sebagai passive investor atau in-direct investor. Lantas mama yang lebih baik?
Dua-duanya bisa baik dan bisa buruk. Anda tentu masih mengingat aspek "personal style" dan juga financial behaviour dalam mengambil keputusan investasi. Jika Anda mencoba menjadi investor aktif atau direct investor, maka yang paling utama adalah Anda harus tahu apa tujuan keuangan Anda dan berani mengambil risiko terhadap putusan Anda dalam mencapai tujuan keuangan melalui investasi. Namun sering kali, seorang investor aktif gagal dalam berinvestasi karena, misalnya kurang memahami karakter investasi yang dipilih atau gagal mengelola diri sendiri dalam berinvestasi.
Apa contohnya? Seorang investor yang tertarik bermain saham karena temannya juga bermain saham, sering kali akan memperoleh hasil berbeda dengan yang diinginkan. Kenapa? Karena personal style kedua investor berbeda. Yang satu risk taker, yang satunya lagi adalah risk avoider. Kedua jenis personality ini tidak akan ketemu dan pasti memberi hasil berbeda tatkala berinvestasi. Dus, kalau Anda ingin melakukan investasi secara aktif, maka kemampuan menganalisis jenis investasi, kemampuan mengambil keputusan sesuai dengan tujuan keuangan dan kemampuan mengelola diri sendiri menjadi sangat penting. Pendeknya, pengelolaan investasi langsung hanya akan sukses jika si investor bisa "mengontrol" diri dalam melakukan investasi.
Sebaliknya investasi yang dilakukan sendiri juga berpeluang gagal, jika banyak persyaratan untuk menjadi investor belum terpenuhi, dan yang paling terpenting adalah proses mengambil keputusan investasi. Lantas, kalau demikian, apakah meminta pihak lain yang melakukan investasi merupakan jalan keluar terbaik? Belum tentu.
Sejak beberapa tahun silam di pasar modal sudah dikenal istilah kontrak pengelolaan dana atau KPD. Di mana investor menempatkan dana pada perusahaan pengelola investasi atau manajer investasi dan dijanjikan imbal hasil tertentu untuk setiap tahunnya. Untuk pengelolaan dana tersebut, manajer investasi akan mendapatkan fee pengelolaan (management fee). Biasanya, tingkat imbal hasil yang dijanjikan bisa jauh di atas tingkat bunga deposito. Kenapa? Karena dana tersebut akan diputar di saham dan juga obligasi dan bahkan juga investasi lainnya.
Masalahnya, seberapa yakin investor bahwa dana yang diserahkelolakan itu akan berhasil diinvestasikan? Sangat bergantung pada siapa yang jadi manajer investasinya. Manajer investasi tentu juga memiliki karakteristik pribadi, yang boleh jadi berbeda dengan si pemilik dana. Konkretnya, untuk mendapatkan imbal hasil investasi yang tinggi, manajer investasi mesti "memutar" dana tersebut ke dalam investasi yang memiliki risiko. Ini sesuai dengan prinsip high risk high return.
Sementara, si pemilik dana mungkin hanya berpegang pada janji imbal hasil yang besar. Dalam kenyataannya, bisa jadi imbal hasil yang dijanjikan akan berbeda dengan imbal hasil yang direalisasikan. Lebih dari itu, si pemilik dana tidak bisa menuntut. Kenapa? Lihat klausul perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak. Pasti imbal hasil yang dijanjikan hanya berupa indikasi. Tidak berupa guaranteed yield, atau imbal hasil pasti. Dan inilah yang sering terjadi di pasar, pemilik dana tidak bisa menuntut, karena dana yang diserahkelolakan pada dasarnya hanya pengelolaannya saja, sementara risiko tetap mesti ditanggung oleh pemilik dana.
Lantas apa untungnya menitipkan dana untuk dikelola dalam bentuk kontrak pengelolaan Jana. Akan untung, jika si manajer investasi memang piawai dan memiliki integritas dalam pengelolaan dana tersebut. Secara hakikat, semakin besar dana yang dikelola, maka semakin besar pula akses si pengelola dana terhadap berbagai informasi. Jika dana yang dikelola besar, maka perusahaan pengelola dana investasi akan mampu membiayai riset untuk mendukung investasinya. Perusahaan pengelola investasi yang sudah mapan, biasanya juga tidak akan berani memberikan janji yield yang terlalu besar, apalagi yang tidak masuk akal. Dus, kalau ada perusahaan pengelola investasi yang menawarkan kontrak pengelolaan dana dengan iming-iming imbal hasil besar, boleh jadi itu merupakan strategi marketing agar banyak pihak tertarik dan dana yang diinvestasikan semakin besar. Padahal, hasilnya belum tentu semenarik yang dijanjikan.
Berangkat dari fenomena semacam itu, sebenarnya tidak ada jaminan investasi, baik itu dilakukan sendiri maupun dititipkan melalui kontrak pengelolaan dana akan menuai keberhasilan. Sebab, prinsip investasi yang paling utama bukanlah return atau imbal hasil, melainkan time horizon investasi dalam rangka mencapai tujuan keuangan. Artinya, jika tujuan keuangan Anda bersifat jangka panjang, maka investasi yang dilakukan mesti lebih konservatif dan memiliki kepastian. Anda bisa melakukannya sendiri, sepanjang mampu memilih produk investasi yang sejalan dengan tujuan keuangan Anda. Dalam hal ini, yang lebih dibutuhkan adalah penasihat investasi, yang mampu memberikan gambaran plus minus, risiko dan potensi return serta berbagai informasi valid yang bersifat independen. Keputusan tetap di tangan Anda sebagai investor. Jangan pernah berinvestasi jika hanya berdasarkan "dorongan", atau apa pun dari perusahaan pengelola investasi. Jangan lupa, perusahaan semacam itu tengah menjalankan bisnis. Mereka bukan yayasan sosial yang tengah berbagi kepada investor. Mereka adalah lembaga bisnis yang berorientasi profit. Sama seperti Anda yang ketika berinvestasi berharap mendapatkan keuntungan. Sementara lembaga penyelenggara kontrak pengelolaan dana, berharap dana yang dikelolanya besar agar fee¬nya besar.
Kesimpulannya, investasi adalah upaya memberi nilai tambah pada dana yang Anda miliki dalam rangka mencapai tujuan keuangan. Ada risiko di dalamnya, selain ada potensi keuntungan. Silakan cermati kapabilitas Anda dalam berinvestasi, jika merasa cukup mampu, lebih baik Anda kelola sendiri dan meminta bantuan penasihat investasi untuk memberikan saran-saran. Atau, jika merasa lebih percaya untuk melakukan investasi melalui pihak lain, boleh saja menggunakan kontrak pengelolaan dana, sepanjang Anda mahir memilih siapa yang menjadi menjadi manajer investasi Anda. Selamat mencoba.