a

Friday, March 22, 2013

Kebebasan Finansial, untuk Siapa?


Kalau Anda sedang berjalan-jalan di suatu daerah wisata, tentu Anda sering melihat wisatawan asing yang hanya berbekal ransel. Mereka ini diistilahkan sebagai "backpacker". Atau turis yang hanya menyandang tas di punggung lalu bepergian dari suatu daerah wisata ke daerah wisata lainnya. Lantas apa yang menarik dari mereka? Bagi sebagian kalangan, mereka mungkin sama sekali tidak menarik. Bukan saja karena kelihatannya menggelandang, tetapi juga mungkin dianggap sebagai turis "kelas bawah".

Tapi, coba renungkan lagi, kendati dianggap turis "kelas bawah", yang jelas mereka bisa mengunjungi berbagai daerah wisata di berbagai negara. Dan boleh jadi, sebagian di antara mereka mungkin sudah pernah mengelilingi dunia. Padahal, mereka bukan dari kalangan "atas" yang uangnya berlebih. Mereka, para turis "kelas bawah" itu, umumnya adalah pekerja rendah di negaranya. Malah ada yang sopir truk atau pedagang kecil-kecilan. Lantas, bagaimana mungkin mereka bisa berwisata ke berbagai negara?

Lihat pula di sekitar kita, cukup banyak yang setiap hari pergi ke kantor mengenakan dasi, bekerja di perusahaan yang bagus dan memiliki gaji lumayan. Namun, ada di antara kalangan tersebut yang sulit berlibur, karena selalu tidak memiliki dana. Atau bahkan untuk menyekolahkan anak pun masih sering meminjam uang ke kantor. Lebih kacau lagi, tagihan kartu kredit selalu membengkak. Dan setiap akhir bulan, kendati baru gajian, tetap saja merasa sakit kepala. Kenapa bisa demikian? Kenapa turis yang dianggap "kelas bawah" malah bisa bepergian dari satu negara ke negara lainnya. Padahal, penghasilan mereka bisa jadi lebih kecil dari kita atau orang-orang di sekitar kita yang sepertinya selalu kekurangan uang.

Jawabannya sederhana. Jumlah uang yang dimiliki sebenarnya bukan merupakan hal utama. Hal yang jauh lebih penting adalah bagaimana mendayagunakan uang tersebut. Kembali kepada para turis "kelas bawah" tersebut. Bisa dipastikan, untuk bisa memenuhi keinginan mereka mengunjungi berbagai negara, mereka sudah menyiapkan dananya sejak jauh-jauh hari. Karena dananya terbatas, mereka tidak bisa menginap di hotel bintang lima. Tetapi, tujuan mereka untuk berwisata ke berbagai negara bisa tercapai. Singkatnya, yang menjadi tujuan mereka adalah berwisata. Lantas bagaimana dengan Anda? Dengan penghasilan yang Anda miliki saat ini, jika Anda hendak berwisata atau katakanlah memiliki mobil, tujuan Anda benar-benar hanya berwisata atau plus lain-lainnya, seperti mesti naik pesawat terbang, menginap di hotel bagus, dan lain sebagainya. Atau ketika hendak memiliki mobil, sebagai alat transportasi, maka keinginan Anda adalah mobil yang bagus dan mahal? Dengan menganalih hal sederhana seperti ini, kita bisa mendapatkan jawaban, kenapa banyak orang selalu merasa tidak cukup uang dan tidak bisa mencapai tujuannya, sementara ada kalangan lain, termasuk para turis "kelas bawah" yang meskipun uangnya terbatas, tetapi tetap bisa mencapai tujuannya.

Lantas, apa makna kisah tersebut? Ada beberapa. Pertama, setiap orang sebenarnya bisa mencapai tujuan keuangannya, asalkan menggunakan parameter diri sendiri sebagai ukuran. Artinya, ada penyesuaian antara kemampuan finansial dan tujuan keuangan. Kalau hendak berwisata, sebagai misal, harus direncanakan jauh hari, dan dilakukan sesuai kemampuan. Kedua, memahami makna kebebasan finansial secara lebih realistis. Banyak pihak beranggapan bahwa kebebasan finansial adalah tatkala, seseorang tidak perlu lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keuangannya. Namun uanglah yang bekerja untuk mereka. Dengan kata lain ada passive income yang diperoleh yang kemudian digunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan. Ini tidak keliru. Tetapi ini adalah makna kebebasan finansial yang paling tinggi.

Dalarn realitasnya, setiap orang juga bisa mencapai kebebasan finansial, kendati tidak memiliki passive income. Kok bisa? Inilah yang disebut dengan perencanaan keuangan. Ketika penghasilan Anda sudah lebih besar ketimbang pengeluaran, dan dari penghasilan tersebut sudah ada alokasi dana yang bisa disisihkan untuk mencapai berbagai tujuan keuangan, maka Anda pun sudah berada pada tahap kebebasan finansial. Namun, dalam strata yang lebih rendah. Jadi, apakah itu penghasilan Anda Rp100 juta per bulan, atau Rp10 juta per bulan, atau bahkan Rp I juta per bulan, sepanjang pengeluaran Anda lebih rendah, dan kebutuhan Anda terpenuhi maka Anda sudah bebas secara finansial. Konkretnya, kebebasan finansial itu bersifat relatif, dengan ukuran yang berbeda beda bagi setiap orang.

Lalu, bagaimana caranya menuju kebebasan finansial tersebut? Sederhana saja. Pahami diri Anda. Kontrol diri Anda dan disiplin dengan diri Anda. Rancang apa saja tujuan keuangan Anda dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Gunakan ukuran yang realistis dan masuk akal berdasarkan kondisi keuangan Anda saat Mi. Jika Anda hanya mampu membeli mobil kijang, sebaiknya jangan paksakan untuk membeli mobil mercy. Sebab, Anda akan terjerat dengan masalah finansial, jika memaksakan diri. Itu contohnya. Lalu, alokasikan sebagian penghasilan Anda untuk mengangsur kredit mobil, jika Anda membeli mobil secara kredit. Disiplin dengan alokasi pengeluaran yang sudah disiapkan. Pastikan tidak ada "penyimpangan" ataupun tambahan pengeluaran karena Anda tiba-tiba memiliki keinginan baru. Hanya dengan cara seperti itu, Anda bisa mencapai kebebasan finansial. Itu pun dalam skala yang paling rendah. Namun, mesti diingat, bagaimana mungkin Anda bisa mencapai tangga kebebasan finansial yang tertinggi, yakni memiliki passive income, jika disiplin dengan alokasi pengeluaran yang sudah dirancang pun Anda tidak mampu, alias tidak bisa mencapai tangga yang paling rendah sekalipun dari tahap menuju kebebasan finansial? Ringkasnya, kebebasan finansial adalah untuk semua orang. Termasuk untuk Anda, sepanjang Anda mau mewujudkannya. Selamat mencoba.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...