a

Thursday, November 29, 2012

Kerja Mengungguli Bakat

Kadang kala, jika Anda sedang kerja dengan sangat keras, Anda tidak tahan untuk berpikir, "Andai aku lahir dengan bakat yang lebih, aku tidak harus bekerja sekeras ini." WEll, mungkin ini bisa meyakinkan Anda bahwa yang benar-benar membuat orang menjadi hebat bukanlah bakat, melainkan kerja. Profesor Michael Howe dan rekan-rekan kerjanya di Universitas Exeter meniliti prestasi-prestasi terbaik di berbagai area, dan tidak bisa menemukan seorang pun yang bisa mencapai level tertinggi tanpa ratusan jam kerja dan latihan, baik itu di bidang musik, matematika, catur, atau olahraga lainnya.
Lihatlah si anak ajaib, Mozart. Semua orang mengatakan bahwa anak tersebut memiliki bakat, tetapi ia masih harus bekerja selama 12 jam sehari selama lebih dari satu dekade guna menghasilkan karya masterpiece-nya yang pertama. Michaelangelo menciptakan sejumlah karya seni agung dunia; dan, ia berterima kasih pada kerjanya, bukan bakatnya, yang merupakan keunggulannya: "Jika orang-orang tahu betapa keras aku bekerja untuk mendapatkan kemampuan ini, semuanya tidak akan tampak menakjubkan lagi." Seniman kenamaan masa kini, Ken Danby, mengucapkan hal senada: "Ketika orang berkata padaku, 'Oh, pasti sangat luar biasa rasanya memiliki bakat yang diberikan Tuhan,' Aku berkata, 'Semua itu omong kosong.' Seniman-seniman perlu berdisiplin. Kami bukannya menunggu datangnya inspirasi. Kami harus bekerja."

Menyaksikan "America's Best Math Whiz" Arthur Benjamin berdiri di panggung, dan memberikan kesempatan kepada para penonton untuk meneriakkan beberapa angka tiga digit. Kemudian, ia akan memangkatkan tiga angka tersebut di kepalanya lebih cepat dari pada para penonton dengan kalkulator mereka. Ketika aku bertanya padanya mengenai bakatnya yang luar biasa, ia berkata, "Menurutku, angka-angka dan diriku sudah selalu seia-sekata. Tetapi bakatku, aku yakin, hanyalah mengenai jumlah jam yang kuhabiskan untuk mengolahnya. Untuk menjadi hebat di segala hal, yang dibutuhkan adalah latihan."
Beberapa orang yang tampaknya berbakat di usia muda tidak tumbuh menjadi orang-orang hebat. Mereka pikir bakat mereka akan membawa mereka ke sana, sehingga mereka tidak mengutamakan kerja dalam usaha untuk meraih kesuksesan. Itulah yang terjadi pada Michael Jordan. Ketika ia mulai bermain basket untuk universitasnya, permainannya mengendur, sehingga pelatihnya mengeluarkannya dari tim. Hal tersebut menyadarkannya bahwa ia tidak bisa bergantung pada bakat semata, dan kemudian ia menjadi salah satu pemain yang bekerja paling keras. Ia bahkan menggertak pemain-pemain lain jika mereka tidak cukup mengerahkan kemampuannya. (Tidak ada yang lebih mengerikan daripada seorang pemalas yang bertobat.)
Kita terlalu memuja bakat, dan memandang rendah kerja karena kita tidak melihat segala usaha di balik suatu kesuksesan. Yang kita lihat adalah ketenaran selama 15 menit dari seorang penari "berbakat", dan bukannya usaha selama 15 tahun untuk meraihnya. Kita melihat nilai sempurna 10 dari seorang pesenam "berbakat", dan bukan sepuluh tahun perjuangan untuk meraihnya. Kita melihat 200 halaman buku, dan bukan 20.000 jam penuh keringat yang dihabiskan si penulis "berbakat".
Para Shakespeare, Picasso, dan Einstein dunia ini mungkin memang telah memiliki percikan bakat untuk memulai, tetapi kerja-lah yang mengubah percikan tersebut menjadi nyala api. Jadi, entah Anda memiliki karunia bakat alami atau tidak, Anda selalu memiliki karunia yang lebih besar yang bisa anda berikan pada diri Anda sendiri, yaitu kemampuan untuk bekerja keras.
by Richard St. John

"Setiap orang memiliki bakat. Kerja keras adalah senjata sesungguhnya dalam hidup ini" - Martin Brodeur - (penjaga gawang hoki kawakan)

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...