a

Wednesday, March 27, 2013

Memilih Saham IPO


Jika Anda memperhatikan pasar modal Indonesia, atau Anda termasuk investor yang gemar menempatkan dana di bursa efek, pasti tahu bahwa di tahun 2010 lalu, tidak kurang 25 perusahaan listing di pasar modal. Beberapa di antaranya malah menjadi "bush bibir" karena peminatnya membludak dan bahkan menjadi perbincangan mulai dari politisi hingga pedagang kaki lima. Sebut sala.h satunya adalah saham Krakatau Steel (KS). Dan bagi yang berkesempatan memperoleh saham KS telah pula menuai keuntungan berupa capital gain yang amat dahsyat.

Di sisi lain, bukan tidak banyak investor yang menuai kerugian ketika membeli saham Initial Public Offering (IPO). Artinya membeli saham yang baru dicatatkan di pasar modal. Konkretnya, tidak ada jaminan bahwa membeli saham IPO pasti akan menuai capital gain. Bahkan investor mesti berhati-hati ketika membeli saham IPO. Sebab, banyak di antaranya bukan saja tidak prospektif, tetapi hanya mencari ajang "pencarian dana" pemilik perusahaan, tanpa peduli sahamnya akan meningkat harganya atau anjlok begitu mulai diperdagangkan. Bukti yang lain, di awal tahun 2011 ini saja, sudah ada dua perusahaan yang melakukan IPO, dan kedua saham perusahaan tersebut langsung anjlok harganya ketika mulai ditransaksikan. Kenapa bisa begitu? Sangat bisa. Dari, paparan berikut akan menguraikan beberapa sebab kenapa saham IPO bisa anjlok takala sudah listing dan bagaimana upaya menghindari jebakan saham seperti itu.

Pertama, membeli saham IPO sama artinya dengan ikut serta memiliki perusahaan yang sahamnya dijual ke publik. Itu berarti, kalau kita ingin memiliki perusahaan, tentunya mesti perusahaan yang bagus. Yang bisa bertumbuh terus dan memberikan keuntungan. Artinya apa? Artinya, lupakan beli saham pada saat IPO, kalau maksudnya adalah untuk "beli hari ini jual besok". Kalau seperti itu, maksudnya adalah melakukan "trading" saham. Tidak peduli apakah kinerja perusahaan yang melakukan IPO itu bagus atau tidak. Yang penting beli.

Nah, kalau situasinya seperti ini, maka Anda sebenarnya tidak beda dengan "berjudi" alias berharap harga saham akar, meningkat pada hari pertama perdagangan. Dan besar kemungkinan Anda akan terkecoh. Kenapa? Karena, yang menjadi patokan bagi Para "trader" adalah kondisi oversubscribe ketika perusahaan tersebut menawarkan sahamnya pada publik. Dengan kata lain, saham perusahaan itu laku keras. 

Pertanyaannya, bagaimana hitungan oversubscribe tersebut? Siapa yang melakukan penawaran? Apakah oversubscribe itu benar-benar terjadi? Hanya underwriter, perusahaan itu sendiri dan Tuhan yang tahu. Sebab, hingga had ini, tidak ada kewajiban bagi emiten ataupun underwriter untuk membuka tabir "gelap" soal oversubcribe. Dan faktanya, dalam bulan Januari 2011 ini, ada 2 perusahaan IPO yang dikabarkan mengalami oversubcribe puluhan kali, namun harga sahamnya jeblok belasan persen pada transaksi hari 

pertama. Pesan moral dari paparan tersebut adalah, jangan begitu saja percaya pada istilah oversubcribe. Kinerja dan fundamental perusahaan jauh lebih penting.

Kedua, berapa besar proceed alias dana yang diharapkan dari IPO tersebut. Semakin besar akan semakin bagus, karena likuiditasnya otomatis akan besar pula. Tetapi yang jauh lebih penting adalah, untuk apa dana basil IPO itu dipergunakan oleh emiten. Peruntukan dana hasil IPO biasanya sudah diisampaikan oleh emiten di dalam prospektusnya. Tetapi, apakah peruntukan dana tersebut benar digunakan sebagaimana diperjanjikan tentunya mesti dicek lagi. Namun lepas dari itu, yang jauh lebih penting adalah peruntukan dana itu sendiri. Artinya, berapa persen dana yang dipergunakan untuk ekspansi usaha dan berapa persen yang untuk membayar utang. Semakin besar porsi untuk ekspansi usaha akan semakin bagus. Sementara, kalau tujuan IPO-nya semata-mata untuk, membayar utang, agak sulit diharapkan perusahaan tersebut berkembang. Sebab, hanya utangnya yang berkurang, sementara kemampuan ekspansinya tidak berubah. Kesimpulannya, jangan terlalu berharap pada saham IPO yang peruntukan dana basil IPO-nya semata-mata untuk membayar utang.

Ketiga, harga saham IPO. Secara konsep ada berbagai cara menentukan berapa harga sebuah saham. Hal ini sudah pula dibahas dalam beberapa tulisan terdahulu. Namun yang perlu menjadi pegangan dalam hal harga saham IPO ini adalah proses penentuan harga final. Artinya, pada saat menjajakan saham tersebut ke publik, biasanya ada rentang harga dari saham tersebut. Misalnya saham perusahaan "Polan", rentang harganya adalah Rp1.000—Rp1.500 per lembar. Kalau peminatnya tidak terlalu banyak, maka harp final biasanya akan berada di sisi kiri, antara Rp 1.000¬ Rp1.200. Sedangkan kalau peminatnya membludak, maka harga saham bisa ditawarkan di sisi kanan, misalnya antara Rp1.400—Rp1.500. Tetapi, Anda mesti waspada dengan rentang harga ini. Karena istilah oversubscribe dan undersubcribe tercipta berdasarkan basil book building dari saham tersebut, di mana calon investor mernasukkan penawaran dengan harga yang diinginkan. Dalam praktiknya bisa saja, banyak calon investor yang ingin membeli di harga Rp1.000. Jumlah pembelinya melebihi saham yang ditawarkan. Ini disebut oversubscribe. Namun, apakah calon investor itu pasti akan membeli saham dimaksud? Boleh jadi tidak. Kenapa? Karena harga jual yang diputuskan adalah Rp1.400, sebagai misal. Dus, ketika saham tersebut diperdagangkan sangat mungkin, harganya akan anjlok. 

Ketika dilepas di pasar sekunder, tidak ada investor yang berminat membelinya. Selain ketiga hal tersebut, tentu masih banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan jika Anda berminat membeli saham di pasar perdana. Salah satu pertimbangan penting lainnya adalah soal timing, Artinya kapan saham tersebut diperdagangkan, apakah pada saat pasar lagi dalam posisi penuh sentimen positif atau negatif. Ini penting, sebab, kondisi pasar, saat saham tersebut diperdagangkan akan memengaruhi perilaku investor bertransaksi. Sahara yang bagus ketika diperdagangkan di kala pasar tengah menurun, bisa saja akan turut mengalami penurunan harga. Demikian pula sebaliknya. Selamat berinvestasi.
by: Elvyn G. Masassya

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...