a

Sunday, February 3, 2013

Jenis Usaha

Pada saat memulai sebagai seorang entrepreneur, sebaiknya Anda menentukan beberapa pilihan jenis usaha untuk dieksplorasi lebih dalam. Contohnya Anda menetapkan 3 sampai 5 jenis usaha untuk Anda telusuri. Jangan lupa untuk menentukan modal maksimal terlebih dahulu, apalagi jika Anda memiliki keterbatasan modal. Sebagai contohnya, sekarang cobalah membuat pilihan 3 sampai 5 bisnis yang modalnya maksimal hanya 3 juta rupiah. Misalnya :
1. Membuka agen laundry di rumah.
2. Menjual burger di sekolah.
3. Membuka counter pulsa handphone.
4. Membuka warung jajanan anak-anak.
5. Beternak lele di lahan samping rumah.

Bisnis-bisnis di atas adalah bisnis-bisnis yang telah ada. Untuk mendapatkan pilihan 5 jenis usaha tersebut, banyak cara yang bisa Anda lakukan baik mencari melalui internet, seminar-seminar bisnis, maupun lewat buku-buku tentang bisnis yang tersedia banyak. Detailnya silahkan baca artikel kami tentang sumber-sumber peluang bisnis. Selain itu, jika bisnis-bisnis di atas kurang cocok, Anda juga bisa menentukan pilihan jenis bisnis yang ada pada artikel kami di peluang bisnis modal kecil. Nah, bila Anda telah menemukan 3-5 pilihan bisnis, cobalah mengeksplorasinya lebih jauh. Untuk itu, beberapa parameter ini mungkin akan sangat membantu Anda.

1. Prospek Pasar
Bagaimana kondisi pasar dari bisnisnya? Apakah kalau kita membuka bisnis ini, peluang kita masih besar? Kalau pasarnya kecil, apakah pembeliannya bisa besar? Apakah pasarnya sudah terbentuk, sehingga kita harus bersaing dengan pemain lama, atau pasarnya belum ada dan kita harus lakukan edukasi pasar lebih dulu?
Satu yang harus diingat: "Bagaimana pun kondisi pasar, kita selalu punya peluang untuk masuk dan memenangi pasar tersebut." Pada contoh di atas, Saya memilih bisnis budidaya lele karena pasarnya masih luas. Lele makin naik daun citranya, konsumsinya setiap hari, dan pedagang pecel lele terus bermunculan.

2. Resiko
Apa saja resiko bisnisnya? Seberapa besar? Bisakah kita menanganinya? Kalau kita jago masak dan masakan kita enak (menurut orang lain), resiko yang relatif besar adalah resiko pemasaran, bukan resiko produksi. Hal penting yang harus diingat: "Resiko berbanding terbalik dengan kualitas diri dan sistem bisnis yang kita miliki. Semakin baik kualitas diri dan sistem, resikonya semakin kecil"

3. Finansial
Selain jumlah modal, kita harus paham seperti apakah sifat pendapatannya (harian, mingguan, bulanan, tiga bulanan, per proyek, dan sebagainya). Bisnis yang pendapatannya harian, membuat modal kita bisa lebih cepat perputarannya.

4. Persaingan
Bagaimana persaingannya? Sudah banyakkah pemainnya? Masih mungkinkah kita masuk?

5. Kecocokan dengan pribadi kita
Misalkan, kita termasuk orang yang senang melayani orang lain. Bisa dikatakan, bisnis-bisnis berbasis pelayanan sangat cocok untuk kita. Meski, nantinya ada karyawan yang benar-benar melayani konsumen, tapi apakah kita sendiri senang dengan tipe bisnis seperti itu? Nah, kecocokan ini hanya kita sendiri yang merasakan. Tolak ukurnya juga kadang bersifat emosional. "Pokoknya kalau bisnis XYZ, nggaklah." Kalau sudah begini, ya... jangan tanya alasannya.
Cara lain adalah dengan menumbuhkan kreativitas dan membentuk sebuah ide bisnis yang unik. Di Depok, misalnya ada seorang ibu yang punya ide membuat Curug Gentong. Ini gentong yang disodet, lalu di dalamnya dibuat taman, lengkap dengan air terjun mini. Dari tangan kreatifnya, berbagai jenis model bisa dihasilkan.
Di Bandung, ada Keripik Ma Icih, keripik singkong dengan tingkat kepedasan yang bervariasi. Contoh lain misalnya Rawon Setan, nama yang unik untuk menu rawon.
Ide-de seperti itu kadang bisa datang begitu saja. Untuk kita yang mendapat ide unik seperti itu, membuka bisnisnya menjadi sebuah tantangan yang menggairahkan. Dari awal, kita sudah sangat yakin akan ide bisnis ini. Nah, kita pun bisa mendapat ide genuine seperti ini. Bila sudah begini, biasanya kita mau berkorban banyak, termasuk modal. Kita juga mau berusaha habis-habisan agar bisnis ini sukses.
Selain itu, ada satu metode yang sangat umum dilakukan untuk menetapkan sebuah bisnis menjadi bisnis kita, yaitu Metode ATM.

A = Amati
T = Tiru
M = Modifikasi

Amati bisnis yang memang telah sangat baik. Buat catatan tentang kehebatan-kehebatan bisnis tersebut. Faktor-faktor apa saja yang membuatnya bisa sukses. Baik faktor internal maupun eksternal. Tiru model bisnisnya. Faktor-faktor kesuksesannya kita adakan juga di bisnis kita. Dan, modifikasi hal-hal yang harus dimodifikasi. Buat pembeda-pembeda yang jelas antara bisnis kita dengan bisnis yang kita tiru tersebut, tanpa menghilangkan faktor-faktor kesuksesannya. Contoh :

Bisnis yang diamati : Travel Cipaganti. Jurusan Bandung-Jakarta, PP.
Amati faktor-faktor kesuksesan : Kenyamanan (kursi dan AC), kecepatan (2-3 jam sampai), harga cukup (pas dengan target konsumennya), armada banyak, titik keberangkatan banyak, pasarnya besar dan terus meningkat.
Tiru : Membuat travel baru dengan faktor-faktor sukses yang sama
Modifikasi (Pembeda dengan yang telah ada) : Brand (misalnya : sangkuriang, tokoh legenda di Sunda), armada lebih baru dengan kecepatan yang lebih tinggi, titik keberangkatan lebih strategis letaknya, program langganan, diskon 10%, garansi 2,5 jam sampai. Bila lebih, penumpang mendapat hadiah menarik, dsb.

Nah, tahap ini selesai dengan sebuah keputusan tegas tentang jenis usaha yang akan kita jalankan.
by 1/2 Karyawan 1/2 Bos
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...