Belajar untuk bersyukur dengan tulus atas apa yang Anda miliki dan memasukkan diri Anda ke dalam kondisi 'penuh rasa syukur' meningkatkan kesehatan psikologis, juga fisik Anda. Dengan kata lain, bersyukur membuat kita lebih bahagia sekaligus lebih sehat.
Ketika Anda berfokus pada anugerah-anugerah yang Anda miliki, Anda memasukkan diri Anda ke dalam keadaan emosi yang gembira dan puas. Bukan hanya itu membuat Anda merasa baik, itu juga memulai sebuah efek penyembuhan pada tubuh fisik Anda. Saat Anda memasukkan pikiran Anda ke dalam keadaan bersyukur, prefrontal cortex (bagian depan) kiri otak Anda menjadi aktif dan hormon-hormon positif seperti Serotonin dihasilkan oleh tubuh. Serotonin adalah 'hormon kebahagiaan' yang meningkatkan mood Anda lebih tinggi. 'Obat' alami ini meningkatkan kesehatan fisik Anda dengan memperkuat sistem kekebalan Anda dan secara positif memengaruhi jantung, tingkat detak jantung, dan pernapasan Anda.
Pada saat bersamaan, para peneliti menunjukkan bahwa berlatih untuk bersyukur hanya 15 menit sehari dapat mengurangi secara signifikan hormon 'Cortisol' dan 'Norepinephrine' penyebab stres di tubuh Anda. Kedua hormon stres ini dikenal merusak pusat ingatan di otak. Ini dapat menimbulkan sakit kepala kronis, perubahan mood, rasa gelisah, dan akhirnya serangan jantung.
Psikolog Dr. Robert Emmons dari University of California, Davis dan Dr. Michael McCullough dari University of Miami, dalam penelitian mereka yang masih berlanjut, 'Research Project on Gratitude and Thankfulness' (Penelitian Tentang Bersyukur dan Berterima kasih), menemukan bahwa orang yang membuat catatan syukur mingguan memiliki masalah kesehatan yang lebih sedikit, memiliki pandangan yang lebih positif tentang hidup, dan lebih mungkin untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Mereka bahkan menemukan bahwa orang dengan penyakit neuromuscular (penyakit yang berkaitan dengan saraf otot, seperti kelumpuhan) yang mempraktekkan syukur setiap hari "memiliki mood positif dengan energi yang lebih tinggi", merasa lebih terhubung dengan orang lain, dan merasa lebih positif tentang hidup dibandingkan dengan sebuah kelomok pembanding lain.
Psikolog Amerika, Dr. Martin Seligman dari University of Pennsylvania adalah salah satu psikolog paling terkenal di abad 20. Dalam situs web Reflective Happiness-nya ia melaporkan bahwa setelah menghitung berkat mereka selama satu minggu, 92 persen orang merasa lebih bahagia dan 94 persen dari orang yang mengatakan kalau mereka depresi merasa dpresinya berkurang. Itu berarti rasa syukur sama kuatnya dengan obat antidepresi dan mengikuti terapi. Hebatnya adalah, ia gratis, bahkan lebih dari itu, ia tidak memiliki efek samping yang buruk.
Mempraktekkan rasa syukur juga membuat kita lebih ramah dan murah hati kepada orang lain, lebih mudah memaafkan, dan tidak mudah merasa sedih, iri, benci, dan serakah. Kombinasi efek dari semua faktor tersebut akan mengurangi stres Anda dan menambah 6-7 tahun hidup Anda, yang secara statistik lebih tinggi dibandingkan dengan berhenti merokok atau berolahraga. Tentu saya, kita harus mempraktekkan dua hal terakhir juga.
by Adam Khoo
Ketika Anda berfokus pada anugerah-anugerah yang Anda miliki, Anda memasukkan diri Anda ke dalam keadaan emosi yang gembira dan puas. Bukan hanya itu membuat Anda merasa baik, itu juga memulai sebuah efek penyembuhan pada tubuh fisik Anda. Saat Anda memasukkan pikiran Anda ke dalam keadaan bersyukur, prefrontal cortex (bagian depan) kiri otak Anda menjadi aktif dan hormon-hormon positif seperti Serotonin dihasilkan oleh tubuh. Serotonin adalah 'hormon kebahagiaan' yang meningkatkan mood Anda lebih tinggi. 'Obat' alami ini meningkatkan kesehatan fisik Anda dengan memperkuat sistem kekebalan Anda dan secara positif memengaruhi jantung, tingkat detak jantung, dan pernapasan Anda.
Pada saat bersamaan, para peneliti menunjukkan bahwa berlatih untuk bersyukur hanya 15 menit sehari dapat mengurangi secara signifikan hormon 'Cortisol' dan 'Norepinephrine' penyebab stres di tubuh Anda. Kedua hormon stres ini dikenal merusak pusat ingatan di otak. Ini dapat menimbulkan sakit kepala kronis, perubahan mood, rasa gelisah, dan akhirnya serangan jantung.
Psikolog Dr. Robert Emmons dari University of California, Davis dan Dr. Michael McCullough dari University of Miami, dalam penelitian mereka yang masih berlanjut, 'Research Project on Gratitude and Thankfulness' (Penelitian Tentang Bersyukur dan Berterima kasih), menemukan bahwa orang yang membuat catatan syukur mingguan memiliki masalah kesehatan yang lebih sedikit, memiliki pandangan yang lebih positif tentang hidup, dan lebih mungkin untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Mereka bahkan menemukan bahwa orang dengan penyakit neuromuscular (penyakit yang berkaitan dengan saraf otot, seperti kelumpuhan) yang mempraktekkan syukur setiap hari "memiliki mood positif dengan energi yang lebih tinggi", merasa lebih terhubung dengan orang lain, dan merasa lebih positif tentang hidup dibandingkan dengan sebuah kelomok pembanding lain.
Psikolog Amerika, Dr. Martin Seligman dari University of Pennsylvania adalah salah satu psikolog paling terkenal di abad 20. Dalam situs web Reflective Happiness-nya ia melaporkan bahwa setelah menghitung berkat mereka selama satu minggu, 92 persen orang merasa lebih bahagia dan 94 persen dari orang yang mengatakan kalau mereka depresi merasa dpresinya berkurang. Itu berarti rasa syukur sama kuatnya dengan obat antidepresi dan mengikuti terapi. Hebatnya adalah, ia gratis, bahkan lebih dari itu, ia tidak memiliki efek samping yang buruk.
Mempraktekkan rasa syukur juga membuat kita lebih ramah dan murah hati kepada orang lain, lebih mudah memaafkan, dan tidak mudah merasa sedih, iri, benci, dan serakah. Kombinasi efek dari semua faktor tersebut akan mengurangi stres Anda dan menambah 6-7 tahun hidup Anda, yang secara statistik lebih tinggi dibandingkan dengan berhenti merokok atau berolahraga. Tentu saya, kita harus mempraktekkan dua hal terakhir juga.
by Adam Khoo