a

Thursday, March 28, 2013

Seni Mengatur Tabungan


Rasanya hampir setiap orang saat ini memiliki tabungan. Tidak ada lagi yang menyimpan uang di bawah bantal. Yang membedakan hanyalah jumlah uang yang ditabung. Juga pilihan banknya. Ada yang menabung di bank konvensional, ada pula di bank syariah. Lebih dari itu, jika ingin menabung di bank konvensional, pilihannya juga sangat banyak. Dewasa ini, ada sekitar 130-an bank di Indonesia, mulai dari bank swasta, bank asing, bank milik pemerintah dan juga bank-bank daerah. Bank apa pun yang dipilih sah-sah saja, karena pemilik uang memang memiliki hak memilih bank yang dipercayainya.

Tapi, lepas dari itu, persoalan yang jauh lebih mendasar sebenarnya bukanlah bagaimana memilih bank, tetapi bagaimana mengatur tabungan itu sendiri agar memberi manfaat kepada para pemiliknya. Pengaturan di sini bukan saja dalam hal berapa jumlah dana yang ditempatkan, namun bagaimana dan kapan menarik atau menyimpan dana dalam tabungan serta pola penggunaannya. Ini penting, karena jika sekadar menempatkan dana dalam tabungan, tetapi setiap saat ditarik, maka tidak ada bedanya dengan menempatkan uang dalam dompet. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita cermati lagi seperti apa idealnya mengelola tabungan.

Fungsi dasar tabungan sebenarnya adalah dana untuk berjaga-jaga. Ini yang membedakannya dengan, misalnya, deposito berjangka atau surat berharga. Jadi, tabungan tidak sepenuhnya merupakan investasi. Kenapa? Karena investasi lazimnya memiliki jangka waktu serta imbal hasil yang diharapkan. Deposito berjangka, umpamanya, bisa berjangka waktu 6 bulan atau setahun. Tingkat bunganya juga lebih tinggi dibandingkan tabungan. Kalau deposito ditarik sebelum jatuh tempo, maka pemilik dana akan terkena penalti. Hal seperti itu tidak berlaku bagi tabungan. Seperti umpama minuman ringan, tabungan bisa ditarik kapan saja dan di mana saja.

Itulah sebabnya, tabungan tidak memenuhi kriteria untuk disebut sebagai alas investasi.
Di samping itu, sesuai dengan kaidah keuangan, penghasilan seseorang akan dialokasikan untuk konsumsi, tabungan, investasi, dan proteksi. Dus, tabungan pun hanya layak diberi status sebagai tempat sementara menyimpan dana sebelum akhirnya digunakan untuk konsumsi. Agar tabungan tersebut tidak sekadar menjadi cadangan bagi belanja konsumsi, maka, tabungan pun mesti dipilih menjadi tabungan sebagai dana berjaga-jaga dan tabungan untuk menyimpan dana yang peruntukannya bagi konsumsi.

Tabungan untuk berjaga-jaga adalah dana yang disisihkan dari penghasilan yang peruntukannya untuk hal-hal yang tidak diduga, seperti biaya ke dokter, biaya untuk kado perkawinan, dan segala macam kebutuhan yang sifatnya tidak rutin. Jadi, setiap Anda gajian, maka harus ada sekian persen yang dimasukkan dalam tabungan untuk berjaga-jaga. Manfaatnya adalah, jika dalam bulan bersangkutan Anda sehat-sehat saja atau tidak ada undangan perkawinan, sehingga Anda tidak perlu menyiapkan kado dan lain sebagainya, maka akan ada dana yang tersisa. Nah, dana yang tidak terpakai tersebut pada gilirannya bisa dipindahkan peruntukannya untuk tambahan investasi. Konkretnya, katakanlah setiap bulan Anda mengalokasikan 30 persen dari penghasilan untuk investasi. Namun, karena ada sisa tabungan untuk berjaga-jaga yang tidak terpakai, misalnya, sebesar 5 persen dari penghasilan, maka Anda bisa menambahkannya ke dalam alokasi dana investasi, sehingga menjadi 35 persen.

Lalu bagaimana pula dengan tabungan yang peruntukannya untuk membiayai konsumsi? Tabungan untuk konsumsi sebenarnya hanyalah cara untuk memudahkan pengelolaan uang bulanan. Ketimbang memasukkan semua dana dalam dompet, yang bukan saja tidak aman, tetapi juga kurang logis jika hal semacam itu dilakukan saat ini. Kenapa? Ya jelas, memangnya Anda mau menghabiskan anggaran untuk satu bulan dalam satu hari? Lepas dari itu, toh tidak juga semua transaksi mesti dilakukan dengan uang tunai. Dus, kenapa pula mesti memegang uang tunai banyak-banyak?

Dengan paradigma seperti itu, Anda boleh mempertimbangkan untuk membiarkan tabungan konsumsi Anda tetap ada di bank. Lalu bagaimana Anda mesti membayar ketika berbelanja? Sebagaimana prinsip pengelolaan keuangan, kebutuhan belanja Anda yang rutin tentunya sudah diketahui sejak awal dan mungkin Anda malah memiliki catatan belanja barang apa saja yang boleh dilakukan untuk setiap bulannya. Nah, dalam melakukan transaksi tersebut, bisa saja Anda menggunakan kartu kredit. Lalu setiap akhir bulan atau tatkala kartu kredit jatuh tempo, Anda lunasi dengan mengambil dana yang ada di tabungan. Dengan cara semacam itu, Anda juga akan lebih mudah mengevaluasi pengeluaran Anda.

Sementara itu, untuk pengeluaran lain, seperti membeli bensin atau ongkos transportasi dan uang saku harian, Anda boleh menempatkannya di dompet Anda. Pertanyaannya, berapa banyak tabungan mesti diambil? Berapa sering? Yang lazim adalah, uang tunai yang Anda pegang, baik itu di dompet atau Anda simpan di tempat lain, peruntukannya tidak lebih dari penggunaan biaya transportasi, makan, dan hal-hal lain yang merupakan kebutuhan rutin mendasar, maksimal selama seminggu. Kenapa seminggu? Lebih dari itu, uang tunai yang Anda pegang akan cukup besar, dan Anda berpeluang membelanjakannya untuk hal-hal yang tidak direncanakan. Selain itu, dengan uang tunai yang berlebih Anda juga memiliki risiko kehilangan uang, misalnya dompet Anda hilang dan lain sebagainya.

Dari paparan ini jelas tabungan memang bukan sebagai alat investasi, melainkan hanya untuk berjaga-jaga serta tempat sementara menyimpan dana sebelum dipergunakan untuk membiayai konsumsi. Namun, keberhasilan mengelola tabungan akan sangat bergantung pada bagaimana Anda mendisiplinkan diri untuk konsisten pada pola yang telah Anda buat. Karena kuncinya bukanlah pada pola atau rencana yang Anda susun, melainkan pada implementasinya. Jika Anda sudah mampu mengimplementasikan rencana yang Anda susun, percayalah, hal yang sama juga akan mampu Anda terapkan untuk investasi Anda yang lain. Misalnya, tidak menarik deposito berjangka sebelum jatuh tempo, menempatkan sebagian dana untuk membeli saham dan tidak tergoda menjualnya ketika Anda ingin membeli barang-barang yang lain. Sekali lagi, memahami pengelolaan tabungan yang optimal hanyalah satu hal. Hal lainnya kembali berpulang pada diri Anda.
by: Elvyn G. Masassya
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...