a

Wednesday, March 27, 2013

Potential Gain vs Potential Loss


"Berbahagialah" Anda, jika sudah sejak lama melakukan investasi di pasar modal. Kenapa? Ya karena hari-hari ini indeks melaju, menembus angka yang hampir tidak diperkirakan sebelumnya. Pada akhir Juli lalu, indeks harga saham gabungan menembus 2200. Ketika tahun 2009 dimulai, indeks masih berada di kisaran 1300-1400. Pada saat itu, hampir semua analis hanya berani mematok angka 1800 sebagai capaian indeks akhir tahun. Bahkan sebagian cuma sanggup memasang angka 1600. Apalagi ketika indeks sempat menyentuh angka 1280 pada bulan Maret. Saya sendiri pada saat itu (pada awal tahun) super optimistis dan memasang angka 2000 sebagai target IHSG di akhir tahun 2009. Nyatanya saya keliru, per Juni 2009 malah angka 2000 sudah tercapai dan saat ini malah sudah berada di kisaran 2300. Dan kemudian banyak analis, merevisi "ramalannya”. Ada yang memasukkan angka 2500 sebagai target baru, tetapi ada juga yang sekarang lebih berani dengan memasang angka 2800.

Lepas dari berapa pun angka yang dipasang sebagai target IHSG di akhir tahun, tentunya angkanya tidak datang dari langit. Apalagi kalau dianggap seperti "tebak-tebak buah manggis". Jelas beda sama sekali. Indeks Harga Saham Gabungan merupakan implikasi dari transaksi saham di pasar modal. Harga saham sendiri merupakan implikasi dari berbagai faktor, mulai dari faktor ekonomi makro lokal, regional, dan internasional. Selanjutnya, hal itu bisa berpengaruh pada kondisi mikro perusahaan. Lebih jauh lagi, ada pula aspek sosial politik yang bisa berdampak pada ekspektasi kondisi ekonomi. Semua unsur itu menjadi satu dan bahkan ditambah pula dengan hitung-hitungan teknikal, di mana harga suatu saham bisa berubah terkait dengan fenomena yang terjadi pada saat itu dan fenomena sejenis bisa berulang. Semua itulah yang menjadi basis para analis untuk memperkirakan naik turunnya harga saham yang kemudian berdampak pada transaksi di pasar modal. Artinya, dengan analisis semacam itu, maka diperkirakan akan ada demand dan supply yang lebih besar di terhadap transaksi di pasar modal, sehingga harga saham meningkat dan indeks juga melesat.

Lantas apa hubungannya penjelasan indeks tersebut dengan tulisan ini? Sederhana saja. Naik turunnya indeks bisa membeli pengaruh terhadap para pelaku di pasar modal. Kalau investor sudah memegang saham, maka kenaikan indeks sebagai cerminan kenaikan harga saham akan memberikan potential gain. Apa maksudnya? Jika pada awal tahun ini Anda membeli saham "X" misalnya,, dengan harga Rp1.000 per lembar. Pada saat itu, indeks masih di angka sekitar 1.400-an, Anda masih memegang saham tersebut. Ketika indeks berada di angka 2200, harga saham "X" sudah berubah menjadi katakanlah Rp1500. Berarti Anda telah dalam posisi potential gain sebesar 50 persen, hanya dalam kurun waktu 6 bulan. Kalau saham "X" rersebut Anda jual sekarang, maka untuk setiap lembarnya Anda langsung mendapatkan laba Rp500. Kalau saja Anda memiliki 1 juta lembar, maka keuntungan yang Anda raih mencapai Rp500 juta. Sangat luar biasa.

Akan tetapi, hal yang sebaliknya bisa terjadi, jikalau harga saham yang Anda beli mengalami kemerosotan. Ini sudah terjadi pada tahun silam, di mana di awal tahun indeks berada di angka 2800, merosot hingga sekitar 1300 di akhir tahun. Dengan kata lain, bisa jadi saham "X" Anda beli pada harga Rp2.000 per lembar. Lalu pada akhir tahun 2008, harganya turun menjadi Rp1.000. Berarti untuk setiap saham, Anda sudah berada di posisi potential loss sebesar Rp1.000. Kalau Anda memiliki 500 ribu lembar, berarti potensi kerugian Anda mencapai Rp500 juta.

Dalam praktiknya, potential gain bisa semakin besar, dan juga potential loss bisa tidak perlu terealisir menjadi loss, kalau Anda memiliki keyakinan bahwa saham yang Anda pegang, suatu ketika akan mengalami kenaikan harga. Itulah yang belakangan ini banyak terjadi pada investor. Ketika tahun silam mengalami potential loss yang besar, is tidak serta-merta melakukan cut loss atau menjual sahamnya, karena yakin bahwa saham yang dipegangnya akan kembali meningkat harganya.

Lalu bagaimana caranya, kalau Anda tengah dalam posisi potential loss bisa mengalami pembalikan menjadi potential gain? Tentu saja ada banyak hal yang mesti dianalisis. Tapi, yang paling utama adalah bahwa saham yang Anda pegang memang memiliki fundamental value yang bagus. Artinya, kalaupun harganya turun, itu lebih disebabkan oleh faktor psikologis pasar, bukan karena fundamental yang jelek. Ini bisa diukur dari berbagai rasio saham tersebut. Misalnya, price earning rasio, yang perbandingan antara harganya dan laba perusahaan. Bandingkan dengan perusahaan sejenis. Artinya, bisa saja harga saham tersebut sebenarnya "kemurahan". Jika ini yang terjadi, tidak perlu khawatir, karena suatu ketika harganya pasti akan naik kembali. Selanjutnya, Anda juga mesti melihat kapitalisasi pasar dari saham tersebut. Saham yang kapitalisasinya besar tentu tidak mudah "digoreng", jadi harganya akan bergerak seiring dengan perkembangan ekonomi makro, mikro perusahaan dan juga ekspektasi pasar.

Apakah dana itu sudah cukup? Akan jauh lebih baik lagi, jika terhadap saham yang dalam posisi potential loss, namun memiliki fundamental value bagus, dilakukan lagi pembelian, atau disebut dengan averaging down. Artinya, katakanlah Anda telah memiliki saham "X" dengan harga bell Rp2.000. Umpamakan jumlahnya 100 lembar. Lahr harganya turun menjadi Rp1.000. Anda tidak perlu menjualnya, namun beli lagi saham tersebut di harga Rp1.000, sebanyak 100 lembar juga, sehingga sekarang Anda memiliki 200 lembar saham "X", yang jika dirata-ratakan harganya adalah Rp1.500 per lembar. Memang, Anda masih dalam potential loss, namun, untuk mengalami pembalikan harga menuju Rp1.500 tentu lebih cepat dibanding menunggu harga kembali ke Rp2.000. Seandainya, harga kembali ke Rp2.000, malah Anda sudah mengantongi potential gain sebesar Rp500 per lembar. Bayangkan sebelumnya Anda dalam keadaan potential loss sebesar Rp1.000 per lembar, kemudian berbalik menjadi potential gain, ketika harga saham kembali ke harga semula.

Tentu saja, strategi sebagairnana telah dipaparkan, hanya bisa Anda lakukan, jika investasi Anda di pasar modal bersifat jangka menengah panjang. Artinya, Anda "bermain" saham tidak menggunakan dana untuk belanja rumah tangga.

Bagaimana jika seandainya, dana yang Anda pakai untuk investasi saham berasal dari dana sehari-hari? Kalau polanya seperti ini, maka Anda sebenarnya melakukan trading saham. Jadi, saham yang Anda beli tidak dimaksudkan untuk dipegang dalam kurun waktu yang lama. Jika memang demikian adanya, maka yang bisa Anda pertimbangkan adalah, memasang limit berapa potential loss ataupun potential gain yang bisa "dipelihara". Katakanlah 10 persen. Jadi, kalau saham yang Anda beli telah mengalami kenaikan harga sebesar 10 persen, apakah itu dalam sehari atau seminggu, maka saham tersebut segera dijual. Anda tidak boleh serakah, berharap bahwa harganya akan terus meningkat. Sebab, yang terjadi bisa sebaliknya. 

Demikian juga ketika dalam posisi potential loss. Kalau nilainya sudah mencapai 10 persen di bawah harga beli, juga dilepas dan basil penjualannya masuk lagi ke saham lain. Demikian, seterusnya, Yang penting dalam kurun waktu satu bulan, atau enam bulan sesuai target Anda misalnya, secara konsolidasi dari seluruh transaksi bisa menghasilkan keuntungan sebesar 10 persen. Selamat mencoba
by: Elvyn G. Masassya
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...