a

Wednesday, March 27, 2013

Kapan Menjual Saham?


Apakah Anda berinvestasi di pasar modal? Apakah Anda menggemari investasi saham? Sebagian dari Anda pasti menjawab ya. Dan bahkan mungkin akan menambahkan penjelasan, bahwa sebagian kekayaan Anda diperoleh dari keuntungan bermain saham. Benar, kendati investasi saham memiliki risiko yang tinggi, namun di sisi lain juga menyimpan potensi keuntungan yang sangat besar. Jika menempatkan dana di deposito berjangka seorang investor hanya mendapatkan bunga sebesar 5-6 persen per tahun, namun di pasar saham, seseorang bisa memperoleh gain sebesar angka yang sama, hanya dalam hitungan hari, mingguan atau bulanan. Kalau tidak percaya, coba saja cermati pergerakan harga saham secara harian. Pasti ada saham yang harganya naik beberapa persen hanya dalam hitungan jam. Bahkan kalau saham tersebut dijual di pasar perdana, bukan hal yang aneh, kenaikannya bisa belasan atau puluhan persen hanya dalam sehari.

Tapi itu semua merupakan cerita indah tentang saham. Dalam realitasnya, tidak sedikit investor yang jatuh miskin ketika berinvestasi saham. Atau berpotensi menjadi miskin, karena saham yang dibelinya tidak kunjung mengalami kenaikan harga, dan malah terus semakin menurun. Walaupun situasinya seperti itu, banyak investor tetap saja menyimpan saham tersebut, dengan harapan suatu ketika akan kembali naik harganya. Namun yang terjadi adalah seperti menunggu godot. Harga saham tersebut tetap bergeming, tak bergerak. Kalaupun tidak turun, namun tetap berada di situ-situ saja. Tidak ada yang melakukan transaksi jual ataupun beli terhadap saham itu.

Kondisi semacam ini kerap dialami oleh banyak investor yang bermain saham. Terjebak dalam saham tanpa bisa keluar, kecuali man menanggung risiko rugi. Oleh karena itu, agar Anda tidak menjadi "korban" dalam investasi saham, ada baiknya mempertimbangkan beberapa hal, khususnya jika saat ini Anda sudah memiliki beberapa saham. Artinya, kapan saat yang tepat untuk menjual saham dimaksud, baik itu dengan tujuan untuk memperoleh gain, atau mencegah kerugian yang lebih dalam, kalau harga saham saat ini lebih rendah ketimbang ketika saham tersebut Anda beli.

Pertama, cek apakah saham yang Anda pegang memiliki likuiditas yang memadai. Artinya, apakah setiap hari ada investor yang mentransaksikan saham tersebut. Berapa besar volumennya? Bandingkan dengan saham sejenis. Jika saham yang Anda pegang masih kerap ditransaksikan dalam jumlah besar, dan selalu ada transaksi, maka Anda boleh sedikit tenang. Paling tidak, kalau Anda jual akan ada yang membeli saham tersebut. Yang repot adalah, kalau Anda sudah telanjur masuk pada saham jenis "semedi". Artinya, dulu waktu Anda beli mungkin Anda tergiur dengan pergerakan harganya yang aduhai, lalu Anda ikut membeli. Tetapi dalam waktu yang singkat, harga saham tersebut turun kembali, sernentara Anda belum sempat menjualnya. Bahasa pasarnya, Anda "nyangkut" di saham gorengan. Dan hingga saat ini, tidak ada pergerakan harga, bahkan hampir tidak ada transaksi terhadap saham tersebut. Kenapa? Karena "bandar" yang "menggoreng" saham tersebut, boleh jadi tengah asik "menggoreng" saham yang lain, dan mencari "korban" berikutnya. Semoga saham yang Anda pegang saat ini tidak dalam kategori seperti itu.

Tapi bagaimana kalau Anda kebetulan sudah memegang saham seperti itu? Tidak ada jalan lain, kecuali menjual saham tersebut. Anda akan menanggung rugi. Ya jelas. Namun agar kerugian tidak terlalu besar atau semakin besar, maka Anda mesti mencari saat yang tepat untuk menjual saham seperti itu. Kapan? Pada saat perusahaan/emiten akan menerbitkan laporan keuangan. Jika kinerjanya cukup baik, maka akan ada investor yang melirik saham itu, dan bisa jadi akan membeli. Pada saat tersebut Anda boleh melepas. Atau, menjelang akhir tahun, secara psikologis market akan bergairah, sebab banyak investor akan melakukan upaya untuk menaikkan harga sahamnya dalam rangka mempercantik kinerja. Mana tabu, saham yang Anda pegang tergolong dalam saham seperti itu. Jangan tunggu lama-lama, lepas saja.

Benar, Anda pasti akan rugi, karena menjualnya di bawah harga beli. Tetapi, di sisi lain, Anda akan mendapatkan cash yang kemudian bisa Anda pakai untuk membeli saham lain yang lebih baik dan berpeluang memperoleh gain, sehingga bisa menutupi kerugian yang terjadi sebelumnya. Ini lebih baik, ketimbang Anda tetap menahan saham tersebut, tanpa tabu kapan akan meningkat harganya. Anda akan rugi waktu dan kehilangan kesempatan untuk menuai gain dari saham yang lain, karena Anda tidak punya dana cash.

Kedua, cek apakah emiten saham yang sekarang Anda pegang memiliki rencana aksi korporasi, apakah itu dalam bentuk aksi bisnis, misalnya melakukan ekspansi, kerja sama, dan lain sebagainya. Atau malah mau menjual lagi sahamnya kepada pihak lain ataupun kepada pemegang saham publik, misalnya dengan melakukan right issue. Aksi korporasi semacam ini, apa pun bentuknya, biasanya akan mendapatkan perhatian dari investor, dan kalau aksi tersebut dipandang akan berdampak positif, maka saham emiten tersebut akan dibeli oleh investor, sehingga harganya akan mulai bergerak. Nah, kalau situasinya seperti ini, apa yang akan Anda lakukan? Apakah menunggu sampai harga di pasar melebihi harga beli, atau cukup menunggu sampai harga sesuai modal, atau langsung menjual, ketika harga mulai bergerak?

Tidak ada jawaban yang pasti, main yang terbaik. Tetapi, beberapa indikasi yang terjadi di pasar, bisa menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan. Salah satunya adalah, ketika harga saham tersebut mulai bergerak, apakah jumlah "bid' atau pihak yang hendak membeli lebih besar dibandingkan dengan "offer" alias yang hendak menjual. Kalau "bid'-nya jaub di atas "offer", maka memang ada tendensi harga akan bergerak ke atas. Tetapi, mesti dilihat juga, berapa besar volume "bid' dan "offer" tersebut. Jangan sampai untuk kesekian kali Anda terkecoh, karena bid dan offer yang terjadi hanya dalam skaJa kecil dan lagi-lagi merupakan "mainan" para bandar. Kalau memang situasinya seperti itu, maka tidak usah berpikir panjang. Ketika harga mulai bergerak, silakan jual saham Anda.

Ringkasnya, menjual saham, sebenarnya tidak selalu mesti dalam posisi potential gain. Sebab, semua orang pasti bisa melakukan hal seperti itu. Tetapi, yang kerap menjadi masalah, adalah jika saham yang dipegang dalam keadaan rugi. Nah, untuk mencegah kerugian yang lebih besar, beberapa contoh di atas, mungkin bisa menjadi input bagi Anda dalam mengambil keputusan jual saham. Selamat mencoba.
by: Elvyn G. Masassya
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...