a

Thursday, March 28, 2013

Hasil Investasi Saham


Saat menulis artikel ini tahun 2010 akan segera berlalu. Sebagian dari Anda, mungkin telah menyiapkan rencana liburan akhir tahun. Ada yang hendak berlibur karna merasa perlu menghadiahi diri sendiri, setelah bekerja keras selama setahun. Dan boleh jadi, membuahkan hasil prestasi yang menggembirakan. Tetapi, tidak sedikit juga yang berlibur di akhir tahun karena sekadar "ritual". Kebiasaan yang sudah dilakoni bertahun-tahun. Jadi, tidak ada hubungannya sama sekali dengan pencapaian prestasi atau tidak berprestasi di sepanjang tahun 2010.

Lepas dari itu, jika Anda investor, dan termasuk "pemain" saham, di pasar modal, tentu layak pula dipertanyakan, apakah investasi saham Anda di tahun 2010 ini membuahkan prestasi atau malah sebaliknya? Pertanyaan berikutnya adalah, apakah sebaiknya portofolio investasi saham Anda dilepaskan untuk kemudian memulai yang baru di awal tahun 2011 nanti, atau tetap dipegang hingga seterusnya. Mana yang benar?

Lazimnya, seorang investor memiliki target terhadap investasinya. Berapa imbal hasil yang diharapkan dalam setahun dan seterusnya. Untuk itu tentu diperlukan review secara periodik terhadap hasil investasi tersebut. Dan seperti pertanyaan tersebut, apakah hasil investasi yang diperoleh telah sesuai dengan harapan? Atau melebihi harapan? Atau malah sebaliknya, jauh dari harapan. Apa pun hasil investasi yang diperoleh, ada baiknya beberapa hal dicermati lebih sungguh-sungguh.

Pertama, imbal hasil yang diperoleh secara menyeluruh terhadap portofolio Anda. Coba cek berapa total cost pembelian saham sejak awal tahun 2010. Lalu berapa sekarang nilai pasar dari saham-saham yang Anda beli itu. Ada dua kemungkinan. Portofolio Anda dalam posisi un-realized gain, atau un-realized loss. Lalu hitung berapa gain yang sudah Anda realisir selama setahun ini. Untuk apa semua itu dilakukan? Untuk melihat, berapa sebenarnya yield on investment, balk yang sudah direalisasikan maupun yang belum direalisasikan. Jika hasilnya positif, maka lihat berapa jumlah persentasenya. Bisa 20 persen, bisa 30 persen atau rnalah 40 persen. Pendeknya, jika hasilnya bisa dua kali lipat di atas rata-rata bunga deposito berjangka, maka investasi Anda boleh dibilang berhasil. Itu secara portofolio total. Bagaimana jika dilihat secara lebih detail alias per masing-masing saham. Apakah semuanya mendulang keuntungan? Belum tentu. Oleh karena itu, lakukan langkah berikut.

Kedua, hitung imbal hasil dari masing-masing saham yang Anda miliki. Umpamakan sejak awal tahun portofolio saham Anda terdiri atas beberapa saham. Katakanlah ada 5 atau 6 saham. Coba cek satu per satu, saham mana yang memberikan gain terbesar, balk itu yang sudah direalisir maupun yang masih dalam potensial gain. Dan sebaliknya, saham mana pula yang hanya memberikan kerugian maupun potensi rugi. Dengan menghitung secara detail, maka Anda akan mendapatkan gambaran, saham-saham apa raja yang memberikan kontribusi besar, sedang ataupun kecil terhadap imbal hasil investasi Anda.

Nah, kembali ke pertanyaan awal, apa tindakan yang harus Anda ambil terhadap saham-saham tersebut? Balk yang saat ini dalam posisi un-realized gain maupun unrealized loss. Apakah sebaiknya semua dilepaskan dengan konsekuensi ada yang rugi dan ada yang untung? Tunggu dulu. Kembali ke pertanyaan semula, apakah Anda tergolong investor saham jangka panjang atau investor saham tahunan. Jika, memang Anda tergolong investor saham jangka panjang, maka saham yang sekarang masih Anda pegang, baik itu dalam posisi un-realized gain, maupun un-realized loss, tidak perlu dilepas, hanya karena berganti tahun. Saham-saham tersebut hanya layak dilepas jika Anda ingin berpindah ke saham lain. Oleh karena itu, yang perlu dicermati adalah prospek d.ari saham-saham yang Anda pegang tersebut. Tidak peduli apakah saham itu sekarang dalam posisi potensial loss ataupun potensial gain.

Yang dimaksud dengan prospek di sini adalah, apakah pada tahun depan ada kemungkinan harga-harga saham itu akan meningkat? Bagaimana cara melihatnya? Sederhana. Sakti satu cara, seperti pernah dibahas dalam tulisan terdahulu adalah dengan melihat PER (Price Earning Ratio) dari saham-saham tersebut. Jika PER-nya masih lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang ada di pasar, maka saham tersebut layak Anda pegang lebih lama. Sebab, potensi kenaikan harganya masih cukup besar. Demikian sebaliknya, jika PER saham yang masih Anda pegang itu ternyata sudah lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis, maka kalau dalam posisi un-realized gain, ada baiknya saham tersebut Anda jual dan nikmati gain yang diperoleh. Bagaimana dengan saham yang PER-nya tinggi, tetapi saat ini dalam posisi un-realized loss?
Bergantung pada keyakinan Anda terhadap saham tersebut, dan penyebab kenapa Anda mengalami un-realized loss. Artinya, Anda membeli saham tersebut sudah pada harga yang tinggi, dan kemudian harganya mengalami kemerosotan. Jika penurunan harga semata-mata disebabkan oleh sentimen pasar, maka masih ada peluang saham tersebut mengalami kenaikan harga. Namun, jika penurunan harga memang disebabkan oleh kinerja emiten yang memburuk, maka pilihannya adalah cut loss, atau Anda menanggung kerugian yang lebih besar lagi di masa datang.

Simpulannya, untuk melihat apakah investasi saham Anda di tahun 2010 ini mengalami keuntungan ataupun kerugian, bukan mesti dengan menjual seluruh saham yang Anda pegang, dan kemudian menghitung selisih harga jual terhadap harga beli. Melainkan bisa dengan membandingkan harga beli dengan harga pasar dari saham tersebut. Baru kemudian Anda hitung berapa imbal hasil yang diperoleh. Itulah kinerja saham Anda di tahun 2010. Dan berangkat dari kinerja saham di tahun 2010 itu, Anda merancang target imbal hasil saham di tahun 2011.

Adapun pilihan saham di tahun 2011, tentunya mesti diawali dengan memahami prospek ekonomi di tahun 2011 dan dampaknya terhadap emiten-emiten yang sahamnya menjadi alternatif pilihan Anda, khususnya yang saat ini masih dalam portofolio Anda. Artinya, jika memang kondisi perekonomian di tahun 2011 kurang kondusif bagi saham-saham yang Anda pegang, maka tidak ada jalan lain selain membuat portofolio baru dengan saham yang berbeda. Akan tetapi, jika kondisi perekonomian akan mendukung kinerja saham yang ada di portofolio Anda, maka pertimbangkan bahkan untuk menambah jumlah saham yang akan Anda beli. Dengan demikian, maka potensi imbal hasil di tahun 2011 diharapkan bisa lebih besar ketimbang tahun 2010. Selamat mencoba.
by: Elvyn G. Masassya
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...